'NPWP' Giring Caleg Jadi Stres dan Serakah - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

'NPWP' Giring Caleg Jadi Stres dan Serakah

Mojokerto-(satujurnal.com)
Money politic dalam ranah pemilu rupanya tak lagi dianggap hal haram yang patut dijauhi masyarakat. Kian dekat pesta demokrasi berlabel Pileg 2014, money politic yang cenderung menenggelamkan pembelajaran politik warga masyarakat ini seolah menjadi satu paket helatan nasional limatahunan tersebut.

Belakangan muncul istilah NPWP, plesetan dari nomor pokok wajib pajak pajak menjadi 'nomor piro wani piro' (nomor berapa berani (bayar) berapa). NPWP yang menggambarkan 'tantangan' pemilih terhadap calon anggota legislatif (caleg) menyangkut 'uang coblosan'. Nomor urut caleg jadi menentukan jumlah uang yang harus ditebar ke pemilik hak suara.

Sejumlah pihak menyebut, plesetan NPWP sudah menjadi fenomena. Namun berdampak luar biasa pada caleg. Terutama mereka yang gagal terpilih sebagai wakil rakyat di gedung dewan. Kondisi ini diprediksi akan berakibat makin banyaknya caleg depresi.

Caleg PDIP untuk DPRD Kabupaten Mojokerto yang juga Ketua DPRD setempat, Setyapuji Lestari, menyatakan bahwa dirinya memang merasakan atmosfer berbeda pada Pileg tahun ini. "Jauh, jauh berbeda iklim politik lima tahun lalu. Tahun ini, caleg identik bagi-bagi uang. Saya kira, Pileg tahun ini akan banyak caleg depresi," ucap Setyapuji, Senin (07/04/2014).

Setyapuji yang lima tahun lalu sebagai peraih suara terbanyak ini tidak bisa menyalahkan dengan kondisi pemilih saat ini.

"Saya juga heran, banyak pemilih atau calon pemilih yang makin pragmatis. Setiap kali bertemu mereka, selalu muncul fenomena harus memberi uang. Buat saya, tidak selalu uang menjadi segalanya," kata Setyapuji.

Perbedaan paling signifikan menurut Setyapuji adalah mulai tak diminatinya kampanye terbuka bagi para caleg. Mereka sadar bahwa tidak mudah menggerakkan massa di lapangan. Sebab, ujung-ujungnya meminta massa dalam kampanye terbuka membawa konsekuensi ekonomi. Ini yang memberatkan bagi caleg.

Sementara itu, sejumlah warga di Trowulan mengakui bahwa mereka tak terlalu peduli dengan pesta demokrasi untuk pemilihan caleg. "Belum jadi saja tak mau loman (memberi uang). Nanti kalau sudah jadi pasti lupa. Kami pancet seperti ini, lha calegnya enak duduk di kursi dewan dapat gaji," kata seorang warga.
Pileg yang diwarnai dengan fenomena NPWP juga akan melahirkan wakil rakyat serakah.

Nur Rahmat, anggota MUI Kabupaten Mojokerto menyatakan bahwa fenomena NPWP akan terus menjadi momok bagi masyarakat serta caleg. "Jika suara pemilih bisa dibeli dengan nominal uang sama halnya pemilih mempertaruhkan hidupnya selama lima tahun ke depan kepada calon-calon wakil rakyat yang cenderung berkarakter serakah," kata Nur Rahmat.


Setidaknya, saat caleg terpilih dan duduk di kursi dewan hanya akan berpikir bagaimana mengembalikan modal mereka. Jabatan mereka akan sangat berpotensi dihabiskan untuk mengembalikan modal saat kampanye. "Kami berharap para caleg siap untuk ikhlas, baik saat menang maupun kalah. Terutama caleg yang telah mengeluarkan biaya yang sangat besar," kata Nur. (one)









Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional