Menengok Aktivitas Penghuni Lapas di Bulan Ramadhan - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Menengok Aktivitas Penghuni Lapas di Bulan Ramadhan

Mojokerto-(satujurnal.com)
Nuansa lembaga pemasyarakatan (lapas) di awal bulan ramadhan tak seperti hari-hari biasa. Roda kehidupan para tahanan dan napi yang terkesan keras dan garang seolah berputar tak searah lagi. Kekhusyukan beribadah begitu kental.

Jika setiap sore hari, lalu lalang para tahanan dan napi yang lepas penat  di ruang terbuka depan pintu sel mereka menjadi pemandangan keseharian di Lapas Kelas IIB Mojokerto, di awal bulan ramadhan, sore tadi, pemandangan itu tak tampak lagi. Berganti menjadi lalu lalang pria-pria berkain sarung berkopiah.  Itu pun tak banyak jumlahnya, bisa dihitung jari. Rupanya mereka tengah menunggu  berbuka.

Dari pintu lapis dua lapas berkapitas 180 orang yang kini dihuni  847 tahanan dan napi, 25 orang diantaranya tahanan dan napi perempuan dan 11 tahanan dan napi anak-anak ini terdengar  lantunan ayat suci Al-Quran. Merdu dan menggema dari pengeras musalah di sisi barat lapas. Bacaan kalam ilahi tersebut terdengar cukup lancar dan fasih. Sangat kentara, pembacanya merupakan orang yang terbiasa melantunkan ayat Al-Quran.

Di sekitaran musalah, sejumlah napi yang tengah menunggu berbuka asyik bergurau. Tapi raut wajah mereka  terlihat teduh meski sedikit kuyuh.

Sisi lain kehidupan para tahanan dan napi di detik-detik jmenjelang berbuka puasa ini menjadi amatan yang menarik bagi beberapa petugas lapas. Sesekali dibalik pintu lapis dua yang berjeruji besar, para petugas ini tersenyum.

“Ada yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah. Adapula yang hanya sekedar bergurau dengan teman senasib,” ucap Kapalas Kelas II Mojokerto, Urib Herunadi mengawali penururannya.

Beragam aturan yang harus diterapkan dalam lapas, menyebabkan tidak semua tahanan dan napi leluasa berada di musalah. Ada saat harus berada di dalam sel, ada saat diluar sel. Pun tidak semua penghuni lapas di jalan Taman Siswa 10 Kota Mojokerto ini bisa keluar masuk musalah. ’’Tidak semuanya kita perbolehkan keluar ke musalah. Ada batasan,’’ Urib Herunadi.

Dia menceritakan, batasan yang dimaksud adalah jenis perbuatan pidana yang dilakukan hingga terjerumus ke dalam lapas, tingkah laku selama menjalani hukuman, hingga faktor lainnya. ’’Kalau semua saya perbolehkan ke musalah, tentunya akan sangat rawan,’’ imbuhnya.

Lantaran ada batasan itulah, tak sedikit narapidana dan tahanan menjalankan ibadah shalat tarawih di dalam sel mereka.  

Karena mereka yang boleh ke musalah tidak lebih 30 orang dari sekitar 500 an penghuni itu. ’’Bukan karena kapasitas musalah yang kecil. Tapi mereka yang saya perbolehkan keluar dari blok dan kamar, hanya yang save. Yang masih rawan, tentunya tetap di dalam selnya saja,’’ ujarnya. 
Selama ramadhan berjalan, Lapas Mojokerto juga memberlakukan pemberian ransum yang berbeda. Jika biasanya selalu rutin pagi, siang dan malam, kini diubah. ’’Mereka yang beragama Islam, jatah makannya kita ganti sahur, dan berbuka,’’ tegasnya. Urib menghitung, dari ratusan penghuni, hanya 7 penghuni yang beragama non muslim.

Jika terdapat seorang narapidana beragama muslim yang tak menjalankan puasa, Urib menegaskan, bakal memberikan catatan hitam. ’’Disini, tempat untuk warga binaan. Kalau mereka tidak mau dibina, aturan tegas akan kita berlakukan,’’ ujarnya.

Aturan yang dimaksud adalah register F. Sebuah kode di lapas yang cukup ditakuti penghuni. Mereka yang sudah masuk dalam daftar ini, tak akan mendapat keringanan hukuman. Bahkan remisi yang kerap menjadi dambaan para napi, tak bisa dinikmati.


Aturan ketat itu, rupanya cukup membuat para napi kelabakan. Ujar Urib Herunadi, mereka yang beragama Islam dan tak melakukan ibadah puasa, seringkali ditemukan sembunyi-sembunyi menikmati makanan.(one)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional