Jombang-(satujurnal.com)
Tragedi tanah longsor di tebing Dusun
Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, yang merenggut 12
jiwa pada bulan Januari 2014 lalu masih menyisahkan trauma bagi warga setempat
yang masih tinggal di dusun tersebut. Mereka, yang kini berjumlah 27 kepala
keluarga (KK) meminta pemerintah daerah setempat mengevakuasi ke rumah
baru.
Permintaan itu tak lepas dari faktor
cuaca. Mereka khawatir, di musim hujan saat ini tebing kembali longsor. Mereka
tidak ingin tragedi sebelas bulan lalu itu terulang lagi.
Namun, proyek rumah relokasi seluas 4 x
4 meter yang didanai pemerintah pusat dan Pemkab Jombang hingga kini belum
terwujud. Padahal, warga sudah membeli tanah untuk rumah di lokasi relokasi
antara Rp 12 juta hingga Rp 20 juta.
“Saya sudah membeli tanah di area
relokasi. Tanah itu untuk pembangunan rumah bantuan. Tapi sampai sekarang
pembangunannya masih tahap awal,” kata Sulistyoningsih, warga setempat, Minggu
(14/12/2014).
Sulisyoningsih dan warga Dusun Kopen
gamang. Pasalnya, hampir setiap hari hujan turun di wilayah mereka. Apalagi
saat hujan malam hari, warga mengaku tidak bisa tidur meskipun hujan tidak
lebat.
Kekhawatiran mereka sangat beralasan.
Karena kondisi tanah di atas tebing sudah banyak yang rusak. Jika hujan terus
menerus, maka ancaman longsor pun tak terhindarkan.
Sucipto, Kepala Dusun Kopen, mengatakan,
terlambatnya pembangunan rumah relokasi untuk 27 kepala keluarga disebabkan
terjadi tarik ulur antar warga dengan pemerintah daerah. Ini lantaran diantara
warga ada ada yang tidak setuju ada pula yang segera ingin pindah.
Kabar terakhir yang mereka terima dari
perangkat desa Ngrimbi, jika warga terelokasi sudah bisa menempati rumah
barunya selambatnya akhir Desember tahun ini. (rg)
Social