Open Status Pengidap HIV Positif : Tertular Karena Perilaku Suami - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Open Status Pengidap HIV Positif : Tertular Karena Perilaku Suami

An, pengidap HIV positif saat testimoni
“Siapa berani open status,?” lontar Otto Bambang W, Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Jatim melempar tantangan kepada lima perempuan yang berdiri diantara puluhan peserta seminar sehari memperingati HIV/AIDS Sedunia, 1 Desember, di RM Jimbaran, Jalan Bypass, Kota Mojokerto, Senin (1/12/Desember).

An, satu dari lima perempuan itu tiba-tiba saja acungkan jari. Prolog singkat, tanpa basa-basi, dihadapan Otto yang menjadi nara sumber, perempuan berjilbab itu mengakui dirinya ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). “Saya tertular HIV dari suami saya. Suami saya pemakai narkoba lewat jarum suntik,” ucap An mengawali testimoninya.

An yang tinggal di Surabaya ini berujar baru menyadari jika dirinya teridap HIV positif setelah suaminya yang disebutnya tidak bisa lepas dari jarum neraka meninggal dunia. Penjelasan dokter,  lemahnya pertahanan tubuh suaminya menghadapi penyakit lantaran virus HIV lewat jarum suntik. Jarum suntik yang biasa digunakan injeksi narkoba jadi biang merasuknya virus penyakit tropis yang hingga kini tak ada tangkalannya itu. 

Sontak ia syok. Tidak saja lantaran ditinggal suami selama-lamanya, namun kabar buruk soal HIV yang menggerogoti suaminya itulah yang terus meruak dibenaknya. “Karena suami saya HIV positif, otomatis saya juga tertular (HIV),” ujarnya berbinar seraya menatap langit-langit, mengenang kejadian delapan tahun silam. 

Meski bertutur soal kegundahan hatinya, namun sedikit berpelipur diri ia menyebut HIV sebagai penyakit ‘warisan’ suaminya yang mau tak mau ia hadapi. “Tahun 2006, kala suami saya meninggal menjadi tahun yang paling kelam bagi hidup saya. Saya stress berat. Air mata saya sudah kering terkuras. Tapi lambat laun saya perangi stres saya. Saya harus mengakhiri meratapi nasib. Karena bagaimana pun saya harus terima. Antara pasrah dan keingintahuan tentang ‘warisan’ suami saya menyebabkan saya mulai memberanikan diri mencari informasi soal tes HIV,” ujarnya agak terbata-bata. 

Ia pun mulai mencari informasi ke RSU Dr Soetomo Surabaya. Lantaran ketidaktahuan dan cara mengutarakan yang tepat soal HIV/AIDS, di rumah sakit terbesar di Indonesia timur itu ia pun hanya berputar-putar menengok plakat beberapa poli, hingga akhirnya seorang petugas kebersihan rumah sakit yang menunjukkan Poli Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI). 

“Hasil tes darah menyebutkan saya mengidap HIV positif,” ujar AN tanpa berekspresi. Justru pengunjung seminar yang tercengang melihat ketergaran perempuan berjilbab yang bertahun-tahun memerangi HIV positif yang menghinggapi tubuhnya itu.

Yang sangat ia syukuri, ketiga anaknya tak terjangkit HIV. “Alhamdulillah ketiga anak saya negatif (HIV),” ucapnya seraya jari telunjuknya diarahkan ke salah satu anaknya yang duduk di satu sudut meja peserta seminar. 

Salah satu anaknya telah berkeluarga dan memberinya dua cucu. Bahkan salah satu dari buah hatinya kini jadi aktivis penanggulangan HIV/AIDS.

An mengaku menjadi kuat menjalani hidup dengan predikat ODHA lantaran dorongan moral dari ketiga anaknya serta kerabatnya. Ia mengaku tak hirau lagi dengan pandangan nyinyir tetangga yang acapkali ia rasakan. 

“Saya terus berupaya untuk hidup sehat. Caranya, dengan tetap mengikuti petunjuk dokter, rutin minum obat, termasuk menjaga asupan tubuh. Susu dan ikan segar menjadi benteng. Ini yang saya jalani hampir sembilan tahun terakhir,” ucapnya.  

Kecuali bahasa tubuhnya, tak ada pesan apa pun yang ia selipkan diujung testimoninya. Ketegarannya melawan HIV yang ia utarakan secara lugas  itulah yang menjadi penyimpul, bahwa virus yang masuk ke dalam tubuh dan melemahkan sistem kekebalan bernama HIV itu akan menjadi momok jika hanya diratapi penderitanya. (one)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional