Mas'ud Yunus : ABS Itu Menyesatkan ! - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Mas'ud Yunus : ABS Itu Menyesatkan !

Mojokerto-(satujurnal.com)
Walikota Mojokerto, Mas'ud Yunus menegaskan agar jajarannya tidak menerapkan perilaku ABS akronim asal bapak senang. Bahkan orang nomer wahid di pemerintahan dengan tiga kecamatan ini menyebut ABS menyesatkan.

"Saya tidak menghendaki SKPD di Pemkot ini masih menerapkan ABS, asal bapak senang. ABS ini menyesatkan. Saya lebih baik SKPD berdiskusi dengan saya dan atasannya untuk memberikan sesuatu yang baik dan benar,” tandas Mas'ud Yunus saat memberi sambutan dalam
rapat koordinasi pengawasan (Rakorwas) tahun 2016 di Hall Hotel Raden Wijaya Kota Mojokerto, Selasa (29/11/2016).

Birokrat berlatarbelakang ulama ini pun menyatakan pentingnya paham regulasi agar nantinya pemerintah tidak menghadapi masalah dalam menjalankan programnya.

"Menjadi aparatur pemerintah itu harus banyak belajar. Agar paham regulasi dan menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. Menjadi seorang aparatur sipil negara adalah sebuah amanah yang harus dijalankan secara professional untuk mengelola kebijakan di Kota Mojokerto," tandasnya.

Dalam rakorwas helatan Inspektorat Kota Mojokerto yang juga dihadiri Sekda Mas Agoes Nirbito, BPK Propinsi Jawa Timur, Kepala SKPD, Camat, Lurah serta masing-masing perwakilan pegawai di SKPD Pemkot Mojokerto ia menekankan kepada seluruh SKPD dan jajarannya terutama dalam memahami visi dan misi Pemerintah Kota Mojokerto.

"Karena tidak mungkin kita melaksanakan kegiatan kalau dalam perencanaan dan pelaksanaan keluar dari visi dan misi Kota Mojokerto. Selanjutnya yaitu memahami tugas pokok dan fungsi dari kinerja," katanya.

Setelah memahami tugas pokok dan fungsi, lanjut Wali Kota, hendaknya aparatur sipil negara memahami regulasi. Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah, kepala daerah dituntut untuk melakukan inovasi-inovasi. Maka kewajiban dari aparatur sipil yaitu bagaimana menterjemahkan inovasi itu di dalam sebuah regulasi.

“Karena itu pemahaman regulasi ini sangat penting. Salah satu adanya temuan itu karena tidak memahami regulasi. Jadi kita harus membiasakan yang benar, jangan membenarkan kebiasaan. Sesuatu yang tidak benar ya jangan dipakai. Karena peraturan terus berubah, dan perubahan ini harus diikuti," tukasnya. (one)


Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional