Mojokerto-(satujurnal.com)
Sekitar 5000 peserta napak Tilas V Syuhadah Kemerdekaan KH Nawawi diterima Walikota
Mojokerto Mas’ud di depan Kantor Pemkot Mojokerto, Minggu (06/11/2016) pagi,
sekitar pukul 06:00 WIB.
Ribuan
santri, pelajar, pemuda, mahasiswa peserta napak tilas ini telah menempuh rute
sepanjang 40 kilometer. Mereka diberangkatkan Sabtu (05/11/2016) malam.
Mas’ud
Yunus yang menjadi inspektur upacara penerimaan peserta napak tilas menyatakan
bahwa napak tilas perjuangan syuhada kemerdekaan KH Nawawi ini harus terus
dihayati dan dilanjutkan perjuangannya.
“Kegiatan ini untuk merefleksikan dan memberikan motivasi kepada
kita, penerus bangsa untuk terus berjuang melanjutkan cita-cita perjuangan almarhum
almaghfurllah KH Nawawi,” ujar Mas’ud Yunus.
Dengan gugurnya KH Nawawi sebagai pejuang syuhada, katanya lebih
lanjut, ini menunjukkan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia bukan hadiah dari
kaum penjajah. Ini membuktikan bahwa kemerdekaan adalah betul-betul perjuangan
seluruh rakyat Indonesia.
Dituturkan, bahwa sejak tahun 1939 para ulama, para kiai, di Kota
Banjarmasin telah sepakat untuk berusaha menjadikankan Indonesia ini menjadi
wilayah yang merdeka. Dan sudah sepakat untuk menjadikan Indonesia ini sebagai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Mereka sepakat agar Indonesia menjadi NKRI, bukan Negara agama,
bukan Negara kesukuan, tapi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan kita punya
tekad, NKRI harga mati! Jangan ada saudara-saudara kita yang ingin merubah
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia! NKRI sudah final,” tegasnya.
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 merupakan konsensus
nasional, kesepakatan seluruh warga bangsa dari berbagai macam agama, suku, ras
dan berbagai macam kepulauan untuk bersepakat dan bersatu dibawah NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Kegiatan untuk menanamkan,
menumbuhkan jiwa nasionalisme dan cita tanah air ini semoga terus dapat kita
peringati setiap tahunnya. Karena cinta tanah air merupakan bagian dari iman
kita,” tutupnya
Sementara
itu, rute yang ditempuh peserta napak tilas mulai dari lokasi gugurnya KH
Nawawi, di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Sukodono menuju rumah kediaman sang kyai,
di Ponpes Tarbiyah Tahfidzul Qur’an An Nawawi, di Jl Gajah Mada Kota Mojokerto
tepat di depan kantor Pemkot Mojokerto.
KH
Nawawi adalah Komandan Laskar Sabillah yang turun langsung memimpin laskarnya
melawan penjajah Belanda di wilayah Sidoarjo.
Pada
22 Agustus 1946 KH Nawawi gugur di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan
Sukodono Kabbupaten Sidoarjo. Napak tilas ini mengulang rute kala warga membawa
jenazah KH Nawawi dari Dusun Sumantoro Plumbungan ke Mojokerto.
Jenazah
KH Nawawi terpaksa dibawa melalui jalan berliku hingga akhirnya tiba di rumah
KH Nawawi di Mojokerto. Sebab tentara Belanda tidak menginginkan jenazah KH
Nawawi dibawa pulang menuju Mojokerto.
Butuh
perjuangan, karena tentara Belanda berusaha menghadang jenazah KH Nawawi agar
tidak dibawa ke Mojokerto.
Jejak
dibawahnya jenazah KH Nawawi dari Sukodono ke Mojokerto, hal inilah yang
diikuti dalam napak tilas KH Nawawi tersebut.
KH
Nawawi dilahirkan di Desa Lespadangan Gedek Mojokerto, dari pasutri Munadi dan
Khalimah, tahun 1886. Ia lulusan Hollandsch Inlandsche School Partikelir
(HIS-P) atau setingkat SD.(one)
Social