Sekdakot Sambut Ribuan Peserta Napak Tilas Perjuangan KH Nawawi - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Sekdakot Sambut Ribuan Peserta Napak Tilas Perjuangan KH Nawawi

Mojokerto-(satujurnal.com)
Ribuan peserta napak Tilas  Syuhadah Kemerdekaan KH Nawawi diterima Sekretaris Daerah Kota Mojokerto, Harlistyati  di depan Kantor Pemkot Mojokerto, Minggu (11/11/2016) pagi, sekitar pukul 06:00 WIB. 

Ribuan santri, pelajar, pemuda, mahasiswa peserta napak tilas ini telah menempuh rute sepanjang 40 kilometer.  Mereka diberangkatkan Sabtu (10/11/2018) dari lokasi gugurnya KH Nawawi, di Dusun Sumantoro, Desa Plumpungan, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo menuju Kota Mojokerto.

Mewakili Wakil Wali kota Mojokerto Suyitno, Harlistyati menyampaikan apresiasi dan rasa syukur menyambut peserta Napak Tilas Perjuangan18 Syuhada KH Nawawi yang ketujuh. "Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada  untuk terus berjuang melanjutkan cita-cita almaghfurlah KH. Nawawi," katanya.

KH. Nawawi, lanjut Harlis, merupakan sosok pahlawan kemerdekaan dari Kota Mojokerto yang bertempur menghadapi penjajah dalam agresi II hingga akhirnya  gugur pada tanggal 22 agustus 1946 di Desa Sumantoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

"Gugurnya KH. Nawawi membuktikan bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari penjajah melainkan hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia,” kata Harlis mengutip sambutan Wawali.

Masih membacakan sambutan Wawali, Harlis mengatakan, sejak tahun 1939 para ulama sudah menyepakati  bahwa negara kita adalah negara kesatuan, bukan negara agama, bukan pula negara kesukuan, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Perjuangan KH. Nawawi adalah untuk mempertahankan kemerdekaan dan mewujudkan terbentuknya NKRI,” sambungnya.

Dalam kesempatan ini juga disampaikan, sebagai generasi penerus bangsa wajib meneruskan cita-cita perjuangan para syuhada kemerdekaan,  dengan tekad NKRI harga mati. “Jangan ada saudara-saudara kita yang berkeinginan merubah bentuk negara Indonesia. NKRI sudah final, Pancasila dan UUD 1945 sudah menjadi kesepakatan untuk menjadi dasar negara kita,” tandasnya.

Para peserta juga diharapkan untuk terus menyebarkan dan memupuk kepemimpinan dan semangat heroisme KH. Nawawi di kalangan penerus bangsa. 

“Perjuangan kita tidak lagi perlawanan secara fisik, tapi jauh lebih kompleks sehingga kita perlu meneguhkan keIndonesiaan untuk memajukan negeri ini. Mari kita selalu membawa semangat perjuangan KH. Nawawi agar tetap hidup dalam setiap dalam dada kita seperti semboyan yang selalu beliau gaungkan;  Pahlawan perang tak akan pernah mati;  mari kita bangkit dan bangun ruhul jihad berjuang demi agama, bangsa dan negara," paparnya.

Mengakhiri amanat Wawali, Harlistyati berharap kegiatan ini terus dilaksanakan dan dikembangkan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme, patriotisme dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. "Karena cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman (hubbul wathon minal iman) dalam rangka meneruskan cita-cita para syuhada kusuma bangsa,” pungkasnya.

Senada dengan disampaikan Sekdakot, Gus Ton panggilan akrab KH Muqsithon Ismail cucu al maghfurlah KH Nawawi mewakili keluarga, ia juga berharap kegiatan ini bisa menginsiprasi generasi muda. “ Generasi muda hendaknya bisa meneladani, mencontoh bagamana beratnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan,” katanya.

Turut hadir dalam acara penyambutan peserta napak tilas ini, jajaran Forkopimda Kota Mojokerto, Kepala OPD di lingkungan pemerintah Kota Mojokerto, jajaran LVRI, organisasi keagamaan, dan beberapa organisasi kepemudaan lainnya.

Sementara itu, rute yang ditempuh peserta napak tilas mulai dari lokasi gugurnya KH Nawawi, di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Sukodono menuju rumah kediaman sang kyai, di Ponpes Tarbiyah Tahfidzul Qur’an An Nawawi, di Jl Gajah Mada Kota Mojokerto tepat di depan kantor Pemkot Mojokerto. 

KH Nawawi adalah Komandan Laskar Sabillah yang turun langsung memimpin laskarnya melawan penjajah Belanda di wilayah Sidoarjo.

Pada 22 Agustus 1946 KH Nawawi gugur di Dusun Sumantoro Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabbupaten Sidoarjo. Napak tilas ini mengulang rute kala warga membawa jenazah KH Nawawi dari Dusun Sumantoro Plumbungan ke Mojokerto. 

Jenazah KH Nawawi terpaksa dibawa melalui jalan berliku hingga akhirnya tiba di rumah KH Nawawi di Mojokerto. Sebab tentara Belanda tidak menginginkan jenazah KH Nawawi dibawa pulang menuju Mojokerto.

Butuh perjuangan, karena tentara Belanda berusaha menghadang jenazah KH Nawawi agar tidak dibawa ke Mojokerto. 

Jejak dibawahnya jenazah KH Nawawi dari Sukodono ke Mojokerto, hal inilah yang diikuti dalam napak tilas KH Nawawi tersebut.

KH Nawawi dilahirkan di Desa Lespadangan Gedek Mojokerto, dari pasutri Munadi dan Khalimah, tahun 1886. Ia lulusan Hollandsch Inlandsche School Partikelir (HIS-P) atau setingkat SD.(one)



Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional