Revitalisasi atau Konsensus - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Revitalisasi atau Konsensus



K.O.L.O.M


NYARIS saja potong kompas pemindahan Pasar Tanjung Anyar, pasar tradisional terbesar di Kota Mojokerto lewat model tukar guling terjadi. Beruntung, anggota Dewan memilih tidak menggubris tawaran yang disodorkan salah satu pengusaha lokal yang begitu getol mengakuisisi pasar yang berlokasi di jatung kota itu. Sementara, penggiringan opini soal perlu tidaknya relokasi Pasar Tanjung Anyar sudah begitu kental. 

Oposisi simetris para politisi Gajahmada 145 menentang ‘keinginan’ segelintir orang yang menghendaki semua penghuni pasar hijrah ke lahan baru di Jl Semeru agaknya mendapat applus milieu yang disebut wong pasar. 

Setidaknya, dengan memalu tabuh kebajikan politik “harga mati” mempertahankan Pasar Tanjung Anyar ketimbang melalui pola revitalisasi, para wakil rakyat ini telah melegitimasi kontrol mereka atas nama kepentingan masyarakat luas. 

Ada konsensus berjamaah – meski, lagi-lagi bernuansa politis - namun setidaknya dengan mempertahankan revitalisasi menunjukkan bahwa para wakil rakyat sudah membuat garis demarkasi yang jelas antara kepentingan pemodal dengan kepentingan publik. Ruang sosial di lumbung pasar tradisional yang sempat dua kali berwarna merah total lantaran jilatan si jago merah itu pun tidak akan pupus. 

Sudah jamak disebutkan bahwa revitalisasi memerlukan akumulasi modal dan seterusnya dan sebagainya. Namun, jika Pemerintah Kota Mojokerto siap menjadi super hero yang manis, maka tidak ada kata berat untuk sekedar mengeringkan sebagian pundi APBD untuk ongkos revitalisasi itu sendiri. 

Jika RSUD Surodinawan mampu diwujudkan meski harus 'mengorbankan' sejumlah program unit kerja pemerintah daerah (yang dinilai tidak urgen dan bisa ditunda pelaksanaannya), maka tesis yang muncul yakni 'sangat bisa dan sangat mampu' menggarap hal yang sama untuk Pasar Tanjung Anyar. 

Tapi kalau kemudian antara eksekutif dan legislatif di kota mungil dengan dua kecamatan ini muncul kesepakatan 'rasional' untuk berhemat APBD, maka revitalisasi yang kadung berdengung di kuping masyarakat akan berjalan bak onta yang memanggul berpeti-peti beban. Entah berapa tahun lagi revitalisasi itu terwujud. 

Sayang kalau itu yang terjadi. Dikemanakan bayangan para anggota Dewan yang sempat mengintip keberhasilan daerah lain mengangkat revitalisasi pasar tradisional. Totalitas revitalisasi akan tampak bak mengantang asap. Legislatif akan tampak sentimentil. Dikemanakan pula sketsa bangunan revitalisasi yang bernama Pasar Tanjung Anyar yang sudah ditancapkan gambarnya pada pikiran publik. 

Bukan kasak-kusuk. Karena sampai detik bakal bergulirnya APBD 2013 Dewan belum benar-benar meminta ketegasan eksekutif soal kekuatan anggaran yang bakal digelontorkan untuk revitalisasi Pasar Tanjung Anyar. Dan yang disajikan eksekutif baru soal survey perlu tidaknya Pasar Tanjung Anyar direlokasi, seminar hasil kajian, serta pengaspalan jalan pasar. 

Interaksi sosial yang terjadi di komunitas yang bernama pasar tidak akan ditemui di pasar-pasar modern. Jika Pemkot Mojokerto menggunakan kacamata nalar, maka mempertahankan keberadaan Pasar Tanjung Anyar sejatinya menyederhanakan makna pasar modern sekaligus memperokokoh tulang penyanggah pasar tradisional itu sendiri. (*)

      

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional