Program Fogging Disoal Dewan - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Program Fogging Disoal Dewan

Ff:ilustrasi (istimewa)
- Tak Efektif, Sarankan Rombak Program

Jombang-(satujurnal.com)
Program fogging gocus untuk mengeliminir kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jombang mendapat reaksi dari Komisi D DPRD Jombang. Dinilai, program yang diusulkan tahun 2011 lalu dengan alokasi sasaran yang meningkat 100 persen itu tak efektif. Karena, fogging sejatinya tidak bisa mematikan nyamuk dan penyebaran jentik semakin banyak.

''Fogging bukan penyelesaian akhir dari masalah ini (nyamuk aedes aegipty, biang DBD) karena akar persoalannya terdapat pada tumbuh kembangnya jentik,'' tutur Fadlan, anggota Komisi D, Jum’at (23/11/2012).

Menurutnya, harus ada langkah kongkrit dalam rangka mengatasi masalah yang terjadi sekarang ini sekaligus upaya antisipasi bagi yang belum terjadi.

Politisi dari Fraksi Persatuan Pembangunan ini menyebut, perilaku hidup masyarakat salah satu kunci dalam mengatasi DBD. Hanya sekarang yang menjadi persoalan adalah perilaku hidup masyarakat masih terbilang rendah. Sehingga Dinkes sebagai leading sector harus berupaya keras memfasilitasi proses penyadaran masyarakat ini.
''Jadi program harus dirombak dan paradigma harus dirubah,'' tegasnya.

Terkait hal ini ia pernah menyampaikan, agar segera dilakukan pemetaan wilayah endemi dengan wilayah yang bukan endemi agar mudah diatasi. Baik dalam kerangka penyusunan rencana, aksi kegiatan maupun anggarannya. “Tapi sampai sekarang belum ada aksi kongkrit sehingga penyelesaiannya cenderung parsial dan kasuistik, bukan terintegrasi dan kontinyu. Karena itu perlu ada perencanaan penyelesaian akar masalah yang sistematis dan integrated,” tekannya.

Hal senada disampaikan Ketua Komisi D, Imam Hanafi. Ia menyebut Dinkes secara normatif boleh beralasan bahwa penyebaran penyakit DBD tersebut adalah hal biasa dan merupakan siklus tahunan. Akan tetapi fakta mengatakan kasusnya meningkat tajam.

''Memang tidak bisa dibiarkan dan diselesaikan dengan himbauan kepada masyarakat untuk mau hidup bersih dan sehat,'' tegas pria yang akrab disapa Hanafi ini.

Melihat perkembangan itu, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinkes Jombang. Selain meminta penjelasan terkait penyebaran dan langkah penanggulangan yang sudah dilakukan selama ini, sekaligus meminta Dinkes segera bertindak agar status kejadian luar biasa (KLB) tidak semakin melebar.

Sementara ditempat terpisah, Kepala Ruang Seruni RSUD Jombang, Hj Munasih, mengatakan penderita DBD yang diberikan perawatan medis trombositnya sebagian besar dibawah 100. Rata-rata, kondisi mereka melemah setelah sebelumnya diberikan pertolongan di puskesmas. Sebab masa rawan penyakit akibat gigitan nyamuk aides aigepty ini masuk pada hari ke-4 dan ke-5.

''Sebagian besar memang rujukan puskesmas, jadi masa rawan pasien ini kita tempatkan di ruang ICU, agar lebih mudah pengawasannya,'' jelasnya. Dijelaskan Munasih, rujukan penderita DBD setiap hari selalu ada ditempatnya. Bahkan rujukan itu menumpuk beberapa hari sebelum musim penghujan datang.

Bila dibandingkan dengan kunjungan tahun 2011 lalu, jumlah kunjungan tahun ini lebih banyak. Bahkan tren temuan kasusnya selalu muncul setiap saat, baik di musim penghujan maupun di musim kemarau. ''Temuan kasusnya selalu ada setiap waktu, bahkan cenderung tidak berhenti,'' pungkas Munasih. (rg)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional