Jombang-(satujurnal.com)
Refleksi peringatan Hari AIDS se-dunia (1/12) kemarin menjadi sesuatu yang harus dicermati bagi semua elemen masyarakat. Sebab sampai saat ini temuan kasus baru HIV/AIDS terus bermunculan ditengah masyarakat. Bahkan kali ini dampak virusnya mulai menyerang balita dan anak-anak yang tertular oleh orangtuanya.
''Ironisnya ibu rumah tangga ini rata-rata karena tertular oleh suaminya,'' ujar Kabid Yankesmas Dinas Kesehatan Jombang, dr Gaguk Heri Susanto, beberapa saat setelah mengikuti agenda hearing dengan Komisi D DPRD Jombang akhir pekan kemarin.
Lantaran sudah terdiagnosa positif, lanjutnya, penyebaran virus itu bisa menjalar ke anak yang dikandung. Tak heran, kalau kemudian angka penderita dari kalangan balita dan anak-anak ini juga cukup tinggi. Bahkan tertinggi kedua setelah kaum ibu rumah tangga.
Baru pada deretan berikutnya penderita ini dialami karyawan swasta, buruh, wiraswasta, seniman, petani, pekerja salon, bengkel hingga pekerja proyek. Penderita juga dari kalangan remaja juga ada tapi tidak terlalu banyak. ''Sebenarnya ini bisa dicegah dengan pemberian ARV yang tidak boleh putus,'' tegas Gaguk.
Ditanya temuan kasus selama tahun 2012, dia menjelaskan keseluruhan masih sama dengan tahun 2011 sejumlah 88 penderita. Dari 88 kasus itu diketahui 29 orang meninggal dunia. Ada 9 orang diketahui melakukan rujukan keluar atau pengobatan di luar Jombang. Namun ada 4 penderita yang mangkir dari pengobatan.
Gaguk mengakui kalau temuan kasus baru itu cukup tinggi. Namun angka itu akan terus bertambah karena penyebaran penyakitnya sudah merajalela sehingga masih banyak penderita yang belum terdeteksi. ''Jadi masyarakat disarankan melakukan pemeriksaan dini sebelum sakit, karena ini sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan,'' tegasnya.
Sejauh ini, Dinkes Jombang terus memantau perkembangan penderita utamanya pada balita dan anak-anak. Apalagi balita lahir dengan persalinan normal, yang seharusnya tidak diperbolehkan bagi ODHA. Pantauan itu selain asupan gizi seimbang dengan pemberian susu formula untuk peningkatan daya tahan tubuhnya.
Pola asuh perawatan balita ini pun tidak luput dari pantauan, karena balita ODHA tidak diperkenankan diberi ASI dari sang ibu. Hingga akhir tahun ini masih ada 59 penderita yang masih hidup dan berada dalam pengawasan Dinkes. Dinkes juga menyediakan obat ARV untuk penderita dan pemberian susu ormula pada bayi dari ibu yang reaktiv. (rg)
foto:ilustrasi (istimewa) |
''Ironisnya ibu rumah tangga ini rata-rata karena tertular oleh suaminya,'' ujar Kabid Yankesmas Dinas Kesehatan Jombang, dr Gaguk Heri Susanto, beberapa saat setelah mengikuti agenda hearing dengan Komisi D DPRD Jombang akhir pekan kemarin.
Lantaran sudah terdiagnosa positif, lanjutnya, penyebaran virus itu bisa menjalar ke anak yang dikandung. Tak heran, kalau kemudian angka penderita dari kalangan balita dan anak-anak ini juga cukup tinggi. Bahkan tertinggi kedua setelah kaum ibu rumah tangga.
Baru pada deretan berikutnya penderita ini dialami karyawan swasta, buruh, wiraswasta, seniman, petani, pekerja salon, bengkel hingga pekerja proyek. Penderita juga dari kalangan remaja juga ada tapi tidak terlalu banyak. ''Sebenarnya ini bisa dicegah dengan pemberian ARV yang tidak boleh putus,'' tegas Gaguk.
Ditanya temuan kasus selama tahun 2012, dia menjelaskan keseluruhan masih sama dengan tahun 2011 sejumlah 88 penderita. Dari 88 kasus itu diketahui 29 orang meninggal dunia. Ada 9 orang diketahui melakukan rujukan keluar atau pengobatan di luar Jombang. Namun ada 4 penderita yang mangkir dari pengobatan.
Gaguk mengakui kalau temuan kasus baru itu cukup tinggi. Namun angka itu akan terus bertambah karena penyebaran penyakitnya sudah merajalela sehingga masih banyak penderita yang belum terdeteksi. ''Jadi masyarakat disarankan melakukan pemeriksaan dini sebelum sakit, karena ini sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan,'' tegasnya.
Sejauh ini, Dinkes Jombang terus memantau perkembangan penderita utamanya pada balita dan anak-anak. Apalagi balita lahir dengan persalinan normal, yang seharusnya tidak diperbolehkan bagi ODHA. Pantauan itu selain asupan gizi seimbang dengan pemberian susu formula untuk peningkatan daya tahan tubuhnya.
Pola asuh perawatan balita ini pun tidak luput dari pantauan, karena balita ODHA tidak diperkenankan diberi ASI dari sang ibu. Hingga akhir tahun ini masih ada 59 penderita yang masih hidup dan berada dalam pengawasan Dinkes. Dinkes juga menyediakan obat ARV untuk penderita dan pemberian susu ormula pada bayi dari ibu yang reaktiv. (rg)
Social