Mojokerto-(satujurnal.com)
Pembongkaran warung remang-remang di bantaran sungai Porong Desa Ngrame, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Mojokerto diwarnai protes.
Pembongkaran warung remang-remang di bantaran sungai Porong Desa Ngrame, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Mojokerto diwarnai protes.
Pemilik warung memprotes petugas yang dinilai tebang pilih. Bahkan sebagian menangis karena melihat warung dibongkar aparat berseragam coklat tersebut.
Protes dilontarkan, lantaran terdapat sebuah kafe remang-remang milik anggota TNI tidak dibongkar.
“Tolong jangan pilih-pilih pak. Kalau dibongkar ya semuanya. Kenapa ada yang dibiarkan saja,” lontar perempuan salah satu pemilik warung.
Ia pun meminta petugas memberi waktu untuk mebongkar dan mengemas sendiri barang-barangnya. “Beri waktu saya pak, biar saya angkut sendiri barang-barang saya,” katanya.
Meski diprotes, puluhan petugas gabungan Satpol PP, Polisi dan TNI langsung membongkar tujuh belas warung remang-remang. Bangunan semi permanen dirobohkan oleh puluhan petugas.
Sebagian pemilik warung hanya dapat melihat pembongkaran yang dilakukan petugas tanpa bisa menyelamatkan barang-barang yang ada di dalam warung.
Kasatpol PP Kabupaten Mojokerto, Tri Mulyanto mengatakan, pembongkaran dilakukan karena puluhan warung tersebut berdiri di tanah Jasa Tirta dan setiap malam digunakan sebagai lokasi prostitusi.
“Para pemilik warung melanggar Perda Nomer 2 Tahun 1996 tentang berjualan di atas saluran umum, trotoar, jalan umum dan fasilitas umum,” katanya.
Ia menyatakan masih memberi toleransi hingga Jum’at lusa. "Tanah itu milik Jasa Tirta. Bangunan ini dirobohkan sebab bisa merusak tanggul Kali Porong. Kita deadline hingga Jumat lusa, jika tak dikosongkan akan dibongkar dengan alat berat," katanya. (wie)
Protes dilontarkan, lantaran terdapat sebuah kafe remang-remang milik anggota TNI tidak dibongkar.
“Tolong jangan pilih-pilih pak. Kalau dibongkar ya semuanya. Kenapa ada yang dibiarkan saja,” lontar perempuan salah satu pemilik warung.
Ia pun meminta petugas memberi waktu untuk mebongkar dan mengemas sendiri barang-barangnya. “Beri waktu saya pak, biar saya angkut sendiri barang-barang saya,” katanya.
Meski diprotes, puluhan petugas gabungan Satpol PP, Polisi dan TNI langsung membongkar tujuh belas warung remang-remang. Bangunan semi permanen dirobohkan oleh puluhan petugas.
Sebagian pemilik warung hanya dapat melihat pembongkaran yang dilakukan petugas tanpa bisa menyelamatkan barang-barang yang ada di dalam warung.
Kasatpol PP Kabupaten Mojokerto, Tri Mulyanto mengatakan, pembongkaran dilakukan karena puluhan warung tersebut berdiri di tanah Jasa Tirta dan setiap malam digunakan sebagai lokasi prostitusi.
“Para pemilik warung melanggar Perda Nomer 2 Tahun 1996 tentang berjualan di atas saluran umum, trotoar, jalan umum dan fasilitas umum,” katanya.
Ia menyatakan masih memberi toleransi hingga Jum’at lusa. "Tanah itu milik Jasa Tirta. Bangunan ini dirobohkan sebab bisa merusak tanggul Kali Porong. Kita deadline hingga Jumat lusa, jika tak dikosongkan akan dibongkar dengan alat berat," katanya. (wie)
Social