Mojokerto-(satujurnal.com)
Potret kemiskinan warga kota Mojokerto nampak terlihat di barak penampungan liposos milik pemerintah kota mojokerto. Masih banyak warga kota yang butuh tempat tinggal dan terpaksa bermukim di barak penampungan warga miskin dan anak jalanan yang tidak layak huni lantaran rapuhnya barak.
Seperti yang dialami dua penghuni berusia senja barak penampungan warga miskin dan anak jalanan di Liposos dibawah kendali Dinas Sosial Kota Mojokerto.
Dua penghuni ini tanpa keluarga lagi. Mereka terpaksa harus tinggal dan menetap di barak penampungan warga miskin. Itupun karena rumahnya di habis terjual untuk keperluan pengobatan istrinya yang terus menderita penyakit yang tak kunjung sembuh.
Namun di usia senjanya dua penghuni ini tinggal di tempat yang tidak layak huni. Keduanya tinggal di bangunan yang hanya luas sembilan meter persegi yang terbuat dari dinding bambu yang memang usianya sudah tua dan banyak mengalami kerusakan.
Di bangunan bagi warga miskin dan anak jalanan maupun tuna wisma ini, dindingnya banyak yang rapuh. Atap banyak yang bocor kala hujan turun. Bahkan di era modern ini di tengah kota mojokerto, masih berlantai tanah//
Barak yang dihuni puluhan kepala keluarga ini sebenarnya tidak layak huni. Tidak sedikit atap yang rontok karena dimakan usia. Bahkan lantaran dinding bambu yang jebol menyebabkan hewan-hewan ternak bisa masuk ke tempat tidur penghuni barak ini.
Dua barak yang seharusnya sangat dibutuhkan oleh para tuna wisma dan anak jalanan serta warga miskin ini terpaksa tidak bisa ditempati karena kondisi kerusakan yang sangat parah. Bahkan separuh barak ada yang roboh.
Dengan kondisi ini, tidak ada sentuhan dari pemerintah untuk membangun barak ini agar bisa dipergunakan sesuai fungsinya. Akhirnya para tuna wisma yang mengajukan permintaan untuk tinggal di barak harus ditolak. (wie)
Social