Mayoritas Pemilih Terpengaruh Nilai Rupiah - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Mayoritas Pemilih Terpengaruh Nilai Rupiah

ft:ilustrasi (istimewa)
Jombang-(satujurnal.com) 
Peran politik uang diprediksi tetap menentukan dalam pilihan bupati (Pilbup) Jombang 5 Juni nanti. Sebab mayoritas pemilih memang masih menggantungkan pilihannya pada besar kecilnya uang yang mereka terima dari para calon. Setidaknya, itulah hasil survey yang dilakukan Lembaga Riset dan Pengembangan Masyarakat (LERPAM) Jombang.

’’Dari dua kali survey yang kita lakukan, hampir 70 persen pemilih memang menyatakan bahwa faktor uang akan menentukan pilihan mereka,’’ kata Firmansyah, Direktur LERPAM Jombang, Senin (25/02/2013).

Pada survey pertama yang dilakukan November lalu,  dia mengambil sampel 400 orang. Kemudian survey kedua 3-7 Februari lalu, dia mengambil sampel 200 orang. Akurasi survey itu sendiri menurutnya dikisaran 95 persen dengan margin error 5 persen. Metode pengambilan sampelnya sendiri multistage random sampling secara proporsional.

’’Jadi misalnya Kecamatan Jombang menyumbang 10 persen pemilih, maka 10 persen dari 400 itu kita ambil dari Kecamatan Jombang,’’ bebernya.

Latar belakang pendidikan sampelnya sendiri beragam. Mulai lulusan SD hingga perguruan tinggi. ’’Profesinya mulai pelajar, petani hingga PNS dan pengusaha,’’ paparnya.

Pada survey itu, secara spesifik dia menanyakan sejauhmana pengaruh uang terhadap pilihan responden dalam pilkada dengan tiga pilihan jawaban. Hasilnya, 40 persen responden menjawab sangat berpengaruh, 30 persen cukup berpengaruh dan hanya 30 persen yang menjawab tidak berpengaruh.

’’Yang tidak berpengaruh politik uang sangat sedikit karena mereka ini berasal dari kalangan independen, mapan dan ideologis,’’ kata Firmansyah.

Rata-rata, mereka itu adalah kalangan terdidik. ’’Untuk kelompok ideologis, faktor ekonomi dan pendidikan nyaris tidak berpengaruh,’’ ucapnya.

Karena mereka bisa datang dari berbagai latar belakang termasuk kelompok ekonomi lemah. ’’Saya sempat mewawancarai tukang becak yang dengan tegas mengatakan akan menerima semua uang yang datang. Tapi soal pilihan, dia sudah mantap pada satu pasangan,’’ bebernya.

Pada penelitian awal Februari ini, dia melakukan  konfirmasi lebih dalam terkait pengaruh uang tersebut. Guna mengukur sejauhmana kemungkinan pergeseran pengaruh uang tersebut.

’’Dalam penelitian ini kita lebih ingin melihat sejauhmana daya tahan masyarakat terhadap pengaruh uang,’’ katanya.

Hasilnya, pengaruh uang masih cukup dominan. ’’Semakin besar uang yang diterima, akan semakin mempengaruhi pilihan masyarakat,’’ simpulnya.

Dalam kondisi tak ada yang memberi uang, masyarakat akan memilih murni dengan hati nuraninya. Hal yang sama juga akan tetap terjadi ketika selisih uang yang diberikan tak terlalu besar.

’’Jika kandidat yang sesuai hati nurani itu memberi Rp 5 ribu dan lainnya Rp 10 ribu, masyarakat akan tetap memilih hati nurani. Tapi jika lainnya sudah Rp 20 ribu apalagi Rp 50 ribu, maka masyarakat akan pindah pilihan,’’ tuturnya.

Hal itu menurutnya tidak serta merta dilatarbelakangi oleh jiwa materialistik. ’’Tapi masyarakat kita itu tahu budi. Jadi ketika menerima, mereka itu merasa hutang, jadi harus dibayar,’’ paparnya.

Meski demikian, kondisi itu tak akan berpengaruh sama sekali terhadap kelompok ideologis, terdidik serta mapan. Sayangnya, jumlah ketiga kelompok itu masih sangat sedikit jumlahnya. (rg)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional