Kiat Hindari Jajanan Dengan Zat Pewarna Berbahaya
Jombang-(satujurnal.com)
Siapapun boleh resah dengan maraknya jajanan sekolah yang ditengarai menggunakan zat pewarna dari pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Hanya saja masih sangat sedikit yang mau menindaklanjutinya dengan memanfaatkan zat pewarna alami dengan bahan-bahan yang tersedia didekatnya. Menjawab tantangan itu, para siswa MTs Bahrul Ulum menguji coba sejumlah bahan alami untuk pewarna makanan.
Jombang-(satujurnal.com)
Siapapun boleh resah dengan maraknya jajanan sekolah yang ditengarai menggunakan zat pewarna dari pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Hanya saja masih sangat sedikit yang mau menindaklanjutinya dengan memanfaatkan zat pewarna alami dengan bahan-bahan yang tersedia didekatnya. Menjawab tantangan itu, para siswa MTs Bahrul Ulum menguji coba sejumlah bahan alami untuk pewarna makanan.
’’Kita sudah mencoba beberapa bahan untuk pewarna makanan di laboratorium sekolah, tapi sementara ini yang berhasil baru pewarna makanan dari daun pisang,’’ kata Fransica Maira Anggraini,14, siswi kelas VIII A MTs Bahrul Ulum Genukwatu, Cara pembuatan zat pewarna dari daun pisang itu menurutnya cukup mudah. Yakni daun pisang kering dibakar dalam wajan kemudian ditumbuk hingga halus lalu disaring.
’’Kita sudah membuat kue cenil dengan pewarna ini,’’ tutur siswi asal Dusun Bangle Desa Genukwatu ini. Bahannya serbuk daung pisang kering, tepung terigu, vanili, tepung kanji, air dan gula. Cara membuatnya, semua bahan itu dimasukkan kedalam baskom lalu diberi air kemudian diaduk hingga rata. Selanjutnya, adonan dimasukkan kedalam plastik dengan menggunakan corong. Adonan yang sudah ada dalam plastik direbus kedalam air yang sudah mendidih. Setelah 30 menit, adonan sudah matang dan siap disajikan. Hasilnya, kue kenyal dan gurih sudah siap santap.
’’Agar warnanya lebih cantik dan menambah rasa gurih, kue ini ditambah kelapa parutan dalam penyajiannya,’’ sambung Ainul Hikmah, siswi kelas VII A yang turut melakukan uji coba. ’’ Kita sudah melakukan uji organoleptik pada 100 orang untuk kue ini,’’ sambungnya.
Organoleptik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kualitas suatu bahan atau produk menggunakan panca indra manusia. Hasilnya, dari segi bau, 92 orang suka dan 8 orang tak suka. Dari segi warna 87 orang suka dan 13 tidak. Sementara dari sisi rasa semuanya suka. Sayangnya, warna yang dihasilkan hanya hitam dan coklat perunggu. Sehingga belum memungkinkan untuk digunakan sebagai pewarna berbagai macam kue lainnya yang rata-rata lebih banyak menggunakan warna terang dan cerah untuk menambah kesan cantik dan legit.
’’Kita akan terus memotivasi anak-anak untuk melakukan uji coba agar menemukan bahan-bahan pewarna makanan alamiah lainnya agar bisa dimanfaatkan oleh banyak orang,’’ papar Rizky Yuni Suryani,30, guru biologi sekolah tersebut. Sebab pihaknya yakin semua pewarna makanan bisa didapatkan dari alam.
Apalagi dari sisi kesehatan hasilnya juga pasti lebih bagus. Soal daun pisang kering yang harus dibakar dulu sebelum dimanfaatkan, menurutnya itu tak masalah. Sebab British Journal of Nutrition pernah melansir penelitian soal arang sebagai pereduksi kolesterol dan penghambat penyakit. Hasilnya, sejumlah pasien berkolesterol tinggi yang diberi konsumsi 8 gram arang per hari turun 25% dari total kolesterol, 41% kolesterol jahat LDL (low density lipoprotein), serta melipatgandakan rasio HDL/LDL kolesterol. Itu karena arang menyerap penyumbat jantung dan melancarkan peredaran darah koroner. ''Kalau tayang seperti biasa, langsung menghadap saya,'' pungkas Mbah Umar, ketua yayasan yang menaungi MTs Bahrul Ulum Genukwatu. (rg)
Social