Kualitas Air PDAM Buruk ; Pelanggan Ancam Beralih ABT - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Kualitas Air PDAM Buruk ; Pelanggan Ancam Beralih ABT

foto ilustrasi (doc.istimewa)
Mojokerto-(satujurnal.com)
Pelanggan PDAM Maja Tirta Kota Mojokerto kian gerah dan mengancam berhenti berlanggan air produksi salah satu BUMD Pemkot Mojokerto tersebut. Pasalnya, kualitas air yang diunggulkan Walikota Abdul Gani Suhartono lantaran rendah kandungan zat besi (Fe) dibanding ABT (air bawah tanah) ternyata buruk, keruh dan agak berbau anyir.

Salah satu pelanggan PDAM di wilayah Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari mengungkap, sejak sepekan belakangan, air yang mengucur berwarna putih natural, keruh, bahkan berbau. “Sudah sekitar satu minggu air (PDAM) yang mengucur tidak jernih, tapi seperti warna putih tulang (putih natural). Ada sedikit bau. Saya jadi ragu kalau untuk kebutuhan konsumsi,” kata Eddy, warga Perum Magersari Indah, Wates, Jum’at (29/03/2013).

Kondisi itu, menurut Eddy, sudah berlangsung berkali-kali. “Sudah tak terhitung, berapa kali PDAM mengirim air keruh ke pelanggannya,” singgung dia.

Basuki, pelanggan PDAM warga Kelurahan Magersari, Kecamatan Magersari menyebut hal senada. Bahkan, ia mengancam akan berhenti berlanggan dan beralih menggunakan ABT. “Bukan saya saja, beberapa tetangga yang juga pelanggan mengeluhkan kualitas air PDAM. Makanya, kalau memang PDAM sudah angkat tangan tidak bisa meningkatkan kualitas produknya, ya lebih baik saya stop berlangganan. Toh ABT disini tidak sulit,” cetusnya.

Yang disayangkan, lanjut Eddy, di berbagai kesempatan Walikota Abdul Gani Suhartono kampanye soal keunggulan PDAM. “Disebut jika ABT di wilayah Kota Mojokerto mengandung zat besi yang cukup tinggi, sehingga tidak baik untuk dikonsumsi. Air PDAM katanya merupakan solusi. Tapi kalau kualitasnya jelek begini, solusi yang mana yang dimaksudkan,” sindir dia.

Kabag TU PDAM Maja Tirta, M Yasin tak menampik jika kualitas air PDAM saat ini drop. Menurutnya, biang buruknya kualitas air saat ini karena dua unit pompa distribusi air yang sudah berusia tua tidak bisa dimaksimalkan. Karena idealnya untuk distribusi air dibutuhkan empat unit pompa. “Empat pompa distribusi air buatan Jerman tahun 1996 yang ada, sekarang hanya dua unit yang bisa difungsikan. Satu unit rusak parah , satu unit menyusul, karena baling-balingnya pecah. Dua unit mesin pompa yang masih dioperasikan tidak bisa maksimal. Dari kapasitas air 150 meterkubik per detik, dua pompa distribusi yang masih diaktifkan itu hanya mampu menyebar 50 -100 meterkubik per detik saja. Efek lain, kualitas air yang terdistribusi jadi tidak bagus,” ungkap Yasin.

Ia pun memastikan, buruknya kualitas air bukan lantaran sumber air dan tawas, tapi karena persoalan pompa distribusi. “Tidak terkait sumber air atau tawas, tapi karena kendala pompa distribusi,” tegas dia.

Ia tak memberi kepastian kapan kualitas air PDAM akan kembali normal. “Setidaknya kalau baling-baling sudah bisa diperbaiki,” kilahnya.

Kendati dibayangi kemacetan pompa distribusi, namun manajemen salah satu asset Pemkot ini tak mampu berbuat banyak.

“Untuk peremajaan pompa distribusi butuh miliaran rupiah. Kalau mengandalkan kekuatan PDAM, tentu menjadi hal yang sangat sulit, bahkan mustahil untuk kondisi saat ini. Karena pendapatan PDAM dari pelanggan hanya cukup untuk menutup kebutuhan operasional dan gajih karyawan saja. Tidak ada surplus pendapatan,” kata Yasin.

Sementara disinggung soal ancaman berhenti berlangganan, Yasin enggan berkomentar lebih jauh. “Kami sudah berupaya maksimal,” katanya diplomatis. (one)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional