Terjun ke Politik Jadi Caleg, Bermodal Kemandirian dan Kepercayaan Diri - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Terjun ke Politik Jadi Caleg, Bermodal Kemandirian dan Kepercayaan Diri

Nunuk Purwanti                                  Gusti Padmawati
*) Istri Pejabat Pemkot yang Diusung PDI-P 

DUA diantara sekian calon anggota legislatif (caleg) perempuan yang berebut kursi DPRD Kota Mojokerto pada Pemilu 2014 nanti adalah istri pejabat Pemkot Mojokerto yang berangkat dari PDI-P. Keduanya, Nunuk Purwanti, istri Kasatpol PP, Soemarjono dan Gusti Patmawati, istri Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Anang Fahruroji.

Menariknya, kedua istri pejabat teras yang memiliki jejak rekam sebagai organisatoris serta memiliki beragam kegiatan kemasyarakatan , utamanya yang terkait dengan dunia perempuan ini sama sekali tak pernah berkecimpung di dunia politik praktis. Keduanya berada di gerbong caleg partai berlambang banteng moncong putih itu karena pinangan partai. Modal yang dimiliki keduanya, yakni keberanian dan rasa percaya diri yang cukup.

“Sebenarnya ada beberapa partai yang meminta saya untuk menjadi caleg. Justru PDI-P merupakan partai yang terakhir yang mengajak saya,” ujar Nunuk Suryani.

Nunuk Suryani, selain memiliki usaha rias pengantin, penyuka warna merah ini mengaku kian interes di dunia politik lantaran terinspirasi kiprah Megawati Soekarno Putri, pendiri PDI-P.

“Merah memang warna favorit saya. Entah kebetulan atau tidak jika saya sekarang menjadi kader partai yang identik dengan warna kesayangan saya itu. Tapi yang jelas, sosok Megawati lah yang banyak memberi inspirasi, bagaimana seharusnya perempuan saat ini berkiprah dan memberi manfaat bagi perempuan dan masyarakat pada umumnya,” katanya.

Ibu empat anak yang mulai menapaki dunia tata rias dan organisasi perempuan sejak sebelas tahun silam itu menyebut, keikutsertaannya sebagai caleg bukan lantaran hanya kesempatan yang diberikan PDI-P, namun keinginannya menjadikan perempuan lebih berdaya.

“Memang berbagai program pemberdayaan perempuan tidak lepas dari sentuhan Pemkot (Mojokerto), tapi peran serta masyarakat merupakan kata kunci. Peran inilah yang saya ambil. Beragam kegiatan yang saya lakukan, tertuju untuk peningkatan peran perempuan, sekaligus menjadikan perempuan sebagai subyek pembangunan. Pintu legislatif agaknya menarik untuk mengusung aspriasi perempuan yang mungkin sampai saat ini masih ada yang baru pada tataran wacana,” ulas Nunuk yang akrab disapa Bu RW, lantaran Sumarjono, juga menjadi ketua RW di lingkungan jalan Anjasmoro, Kelurahan Wates.

Pun Gusti Patmawati, perempuan yang lebih akrab disapa Bu Lurah, lantaran Anang Fahruroji sempat menjabat Lurah Gunung Gedangan, Kelurahan Magersari, Kota Mojokerto selama sebelas tahun, mengaku mulai serius menapaki di dunia politik lantaran tergugah untuk lebih memberdayakan perempuan, seperti kiprah yang ditunjukkan putri presiden Pertama RI itu.

Perempuan yang lahir dan besar di Kalimantan Selatan ini mengaku terbilang ‘ketinggalan’ berkiprah di dunia politik dibanding saudara-saudaranya di pulau intan itu. “Beberapa saudara saya sudah lebih dahulu terjun di dunia politik sebagai anggota legislatif,” ujar Gusti Patmawati.

Warga jalan Galunggung I, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto yang masih dipercaya menjadi pengawas koperasi di kelurahan Gunung Gendangan, setahun belakangan terus menggiatkan usaha bank sampah di lingkungannya. Karena menurutnya, selain memiliki nilai ekologis, ada manfaat ekonomis yang akan diperoleh ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan usaha yang acap disebut social enterprise ini menurutnya tidak mungkin dilaksanakan jika tujuannya hanya profit. “Harus ada misi sosialnya, ini terkait kebersihan lingkungan,” katanya.

Misi sosial itu pulalah yang akan ia garap jika ia berhasil menjadi wakil rakyat. “Pemberdayaan perempuan itu identik dengan kerja-kerja sosial. Melalui pintu legislatif, saya harap program-program pemberdayaan perempuan yang saat ini sudah ada bisa lebih kontekstual, artinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” tukasnya.

Modal itu, lanjutnya, tidak cukup. Harus ada keberanian dan kepercayaan diri. “Tanpa keberanian dan kepercayaan diri untuk memasuki ‘dunia’ relatif baru bagi saya, tentunya obsesi saya untuk peningkatan peran perempuan tidak akan terwujud,” cetus Gusti Padmawati.

Sementara, soal kapasitas Nunuk Purwanti dan Gusti Patmawati sebagai caleg dan sebagai istri pejabat yang notabene harus terlibat pada kegiatan-kegiatan perempuan di lingkup Pemkot Mojokerto, keduanya mengaku akan memilah dan memberi garis batas tegas, tanpa mencampuradukkan urusan politik yang kini dijelajah. Keduanya lebih mengandalkan kekuatan berinteraksi dengan masyarakat.

“Selama ini saya mandiri saja. Semua kegiatan dan organisasi yang saya tekuni, bahkan saya motori tanpa keterkaitan dengan jabatan suami saya.,” tandas Nunuk.

Sikap serupa dinyatakan Gusti Patmawati. Ia mengaku steril dari urusan fasilitas yang didapat suaminya sebagai pejabat Pemkot. “Tidak ada fasilitas apa pun terkait kapasitas suami sebagai abdi negara yang saya manfaatkan. Prinsip Ini tertanam sejak awal. Dan itu sama sekali lepas dari urusan pen-caleg-an saya,” tukasnya.

Namun, ujar dia, perempuan yang ingin berkarir di politik juga harus mendapat ijin keluarga. “Sepak terjang perempuan tidak akan bisa melampaui batas yang digariskan oleh kultur jika tidak ada ijin keluarga,” tekannya.

Sementara itu, Soemarjono mengaku tak keberatan jika istrinya terjun ke dunia politik. “Justru saya memberi dukungan penuh. Yang pasti, bukan dukungan fasilitas yang melekat karena jabatan saya,” akunya.

Senada juga dilontarkan Anang Fahruroji. “Soal peran yang diambil istri saya di dunia politik, itu hak yang diambil istri saya sebagai warga negara. Saya kira tidak kontra produktif dengan peran saya sebagai pelayan masyarakat yang berada di jajaran pemerintahan. Jadi tetap saya dukung. Toh tidak ada regulasi yang kami langgar,” katanya. (one)



Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional