 |
| Oik |
Jombang(satujurnal.com)
Cita-cita Mohammad Oik Zakaria13 tahun,siswa sekolah dasar, di Jombang untuk terus bersekolah hingga bisa menjadi dokter sepertinya harus dikubur dalam-dalam hingga terpaksa putus sekolah.
Kondisi Oik, bocah dari keluarga miskin asal Desa Kesamben , Kecamatan Kesamben,Jombang benar-benar memilukan. Di usianya yang menginjak 13 tahun,sang bocah harus menanggung nasib yang memiluhkan dengan berjalan membungkuk tertatih tatih layaknya kakek kakek. Ia mengalami lumpuh mendadak sejak dua tahun lalu. Sejengkal melangkah, kaki sang bocah yang mengalami lumpuh mendadak ini dirasa sakit hingga nafasnya terengah engah.
Keinginannya untuk bisa melanjutkan sekolah pun terpaksa terhenti di usia yang sangat belia, penyakit lumpuh mendadak di kedua kakinya dialaminya sejak kelas 4 sekolah dasar ini akhirnya mengubur mimpinya untuk menjadi seorang dokter.
Meski mimpinya menjadi seorang dokter telah terkubur, namun semangat Oik untuk terus belajar tak pernah berhenti, buku pelajaran yang di dapatnya di sekolah dulu senantiasa menemani hari-hari Oik. Sedangkan sang bunda hanya bisa pasrah dengan kondisi putra pertamanya tersebut.
Kartu jamkesmas yang digadang gadang menjadi harapan kesembuhan putranya justru menjadi bumerang, lantaran untuk berobat harus mengeluarkan biaya mahal dan tentunya tidak gratis.
Saat pemerintah lagi gencar-gencarnya meningkatkan mutu pendidikan, ternyata tidak sepenuhnya bisa dinikmati Oik.
Harta benda bernilai puluhan juta pun ludes dibuat biaya pengobatan untuk kesembuhan Oik. Putra pasangan Turika dan asnan ini hanya bisa pasrah dengan kondisinya sembari berharap belas kasihan dermawan.(rg)
Cita-cita Mohammad Oik Zakaria13 tahun,siswa sekolah dasar, di Jombang untuk terus bersekolah hingga bisa menjadi dokter sepertinya harus dikubur dalam-dalam hingga terpaksa putus sekolah.
Kondisi Oik, bocah dari keluarga miskin asal Desa Kesamben , Kecamatan Kesamben,Jombang benar-benar memilukan. Di usianya yang menginjak 13 tahun,sang bocah harus menanggung nasib yang memiluhkan dengan berjalan membungkuk tertatih tatih layaknya kakek kakek. Ia mengalami lumpuh mendadak sejak dua tahun lalu. Sejengkal melangkah, kaki sang bocah yang mengalami lumpuh mendadak ini dirasa sakit hingga nafasnya terengah engah.
Keinginannya untuk bisa melanjutkan sekolah pun terpaksa terhenti di usia yang sangat belia, penyakit lumpuh mendadak di kedua kakinya dialaminya sejak kelas 4 sekolah dasar ini akhirnya mengubur mimpinya untuk menjadi seorang dokter.
Meski mimpinya menjadi seorang dokter telah terkubur, namun semangat Oik untuk terus belajar tak pernah berhenti, buku pelajaran yang di dapatnya di sekolah dulu senantiasa menemani hari-hari Oik. Sedangkan sang bunda hanya bisa pasrah dengan kondisi putra pertamanya tersebut.
Kartu jamkesmas yang digadang gadang menjadi harapan kesembuhan putranya justru menjadi bumerang, lantaran untuk berobat harus mengeluarkan biaya mahal dan tentunya tidak gratis.
Saat pemerintah lagi gencar-gencarnya meningkatkan mutu pendidikan, ternyata tidak sepenuhnya bisa dinikmati Oik.
Harta benda bernilai puluhan juta pun ludes dibuat biaya pengobatan untuk kesembuhan Oik. Putra pasangan Turika dan asnan ini hanya bisa pasrah dengan kondisinya sembari berharap belas kasihan dermawan.(rg)
Social