Dinas Pendidikan Tak Gubrik Kondisi Kritis SDN Mojoroto Jetis - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Dinas Pendidikan Tak Gubrik Kondisi Kritis SDN Mojoroto Jetis


Mojokerto-(satujurnal.com)
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mojoroto, sebuah sekolah di lereng bukit di Desa Mojorejo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto menjadi saksi, betapa minim perhatian pemerintah setempat terhadap fasilitas pendidikan di sekolah ‘pinggiran’.

Jika prestasi sekolah dasar yang tersebar di Kabupaten Mojokerto dengan delapan belas kecamatan ini disebut-sebut secara kwalitatif mengalami peningkatan, itu bisa jadi kamuflase untuk mendongkrak prestise leading sektor bidang pendidikan.

Karena sangat kontradiktif dengan kondisi SDN Mojoroto yang kian rusak parah dan cenderung kritis. Bangunan gedung dan ruang kelas sekolah yang berada tak jauh dari kawasan wisata Watu Blorok itu agaknya tak patut lagi disebut sebagai sekolah milik pemerintah. Karena, muara tempat anak-anak desa setempat menimbah ilmu ini tak lagi tersentuh pembangunan. Tak ada tangan pemerintah yang turun untuk melakukan rehabilitasi. Tak syak, dari enam ruang kelas, hanya dua yang masih bisa difungsikan. Sementara tiga ruang kelas lainnya, bukan saja tidak layak, tapi rawan ambruk.

“Sudah berkali-kali kami melaporkan kondisi sekolah ke Dinas Pendidikan. Tapi sejauh ini tak ada tindak lanjut,” keluh Slamet, Kepala SDN Mojoroto, Selasa (04/06/2013).

Slamet bertutur, kondisi sekolah yang sejatinya sudah rusak parah, lapuk termakan alam kian mengenaskan, ancaman roboh tatkala hujan lebat turun tak terhindarkan lagi. “Kalau hujan turun, aktivitas belajar kami hentikan. Murid-murid kami pindahkan ke ruangan lain yang aman dari ancaman alam,” katanya.

Ruang kelas satu hingga kelas tiga, ujar Slamet, rusak cukup parah. Pada bagian teras depan hampir seluruh kayu dan genting rontog karena dimakan usai. Hal yang sama dengan kondisi dalam ruangan kelas. Platfon bangunan semuanya ambrol. Sedangkan untuk kelas tiga terpaksa dikosongkan karena takut ambruk akibat kayu penyangga telah lapuk semua.

Pihak sekolah masih menggunakan ruang kelas satu dan dua untuk kegiatan belajar mengajar secara bergantian karena tidak ada lagi ruangan yang lain yang dapat dipakai. sementara itu untuk ruang kelas tiga dipindah ke rumah dinas guru dengan ruangan yang cukup sempit hingga murid harus berdesak-desakan.

“Terus terang saya dan teman-teman merasa tidak nyaman lagi. Khawatir saja kalau sewaktu-waktu sekolah ambruk atau longsor,” cetus Reza, salah satu siswa.

Letak sekolah di lereng bukit itu, memang mengkhawatirkan. Sangat rawan ambrol dan longsor. Namun jika ‘pemandangan’ sekolah bobrok ini ‘dipertahankan’ oleh pemerintah daerah, sebagai bagian dari aset daerah yang memang tak lagi perlu direvitalisasi, maka akan menjadi ancaman terhadap kelangsungan belajar-mengajar di sekolah desa itu. “Yang bisa kami lakukan hanya melaporkan kondisi yang ada. Tidak ada kekuatan anggaran apa pun yang dimiliki sekolah untuk perbaikan gedung dan ruang kelas,” ujar Slamet.

Sayangnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Harsono tutup mulut. Orang nomor satu di institusi pendidikan ini pilih menghindar dari awak media, tatkala hendak dikonfirmasi. “Pak Harsono sedang sibuk, “ ujar salah satu staf Harsono, ketus.

Agaknya komando tutup mulut sudah ditebarkan ke seluruh staf Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto. Mereka enggan menanggapi apa pun yang diminta awak media terkait kondisi SDN Mojoroto itu. Mereka agaknya alergi tatkala disinggung soal sekolah yang seharusnya diperlakukan sama dengan sekolah serupa yang lebih digadang-gadang karena prestasi akademik yang disebut-sebut mendongkrak nama Kabupaten Mojokerto dikancah pendidikan nasional itu. (wie)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional