Ratusan warga Desa Pager Ruyung, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, menghadang ratusan pengangkut material proyek Tol Mojokerto-Kertosono, Jumat (19/7/2013) selepas salat Jumat. Menyusul sikap PT Hutama Karya (HK), penggarap proyek yang dinilai warga wanprestasi, tidak memberikan kompensasi bina lingkungan yang dijanjikan.
Batu, kayu, dan balon diletakkan di tengah jalan desa. Akibatnya, ratusan dump truk tersebut tertahan. Akibatnya, sepanjang jalan desa sekitar 2 KM hanya dipenuhi truk-truk material. "Ini tidak tahu, tiba-tiba warga menghalangi kami. Sebelumnya tidak," kata salah satu sopir dump truk di lokasi penghadangan.
Saat ini, truk-truk tersebut tertahan. Sudah dua jam mereka tertahan. Para sopir dan kenek tak berani melintas karena warga kian keras menghadang. "Sudah tiga bulan truk-truk ini lewat begitu saja. Ini jalan kampung dengan muatan begitu berat," kata Sugeng, salah satu warga.
Bahkan sejumlah ibu-ibu pun ikut aksi dan menahan laju truk. "Lagek disapu, mejo karo koco wos iso gawe nulis. Bleduk nemen Mas," tutur seorang ibu.
Menurut Kusnan (60), tokoh warga desa setempat, tiga bulan lalu PT HK menjanjikan akan memberi dana bina lingkungan akibat polusi dan kerusakan jalan yang disebabkan truk-truk itu.Tapi sampai sekarang nol, tidak ada realisasi apa-apa,” lontarnya.
Mobilitas truk dalam sehari mencapai 200 kali di kampung, berdampak kerusakan jalan dan polusi debu. terlebih warga saat ini tengah menjalankan ibadah puasa. Selain itu pemasangan paku bumi juga membuat warga tak nyaman.
Sedikitnya, menurut Kusnan, terdapat 64 rumah yang terdampak polusi. “Kita dulu dijanjikan Rp 100 ribu perumah, namun kita keberatan karena dana segitu dirasa tak cukup," katanya. (wie)
Social