IQ Rendah, Siswa Kelas II Dipaksa Pindah Sekolah - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

IQ Rendah, Siswa Kelas II Dipaksa Pindah Sekolah

Mojokerto-(satujurnal.com)
Kesempatan memperoleh pendidikan di Kota Mojokerto masih terbatas. Pun tidak semua warga Kota Mojokerto memperoleh akses yang layak. Bahkan, segregasi pendidikan dilegitimasi pemangku kepentingan, Dinas P dan K setempat. Seperti nasib yang menimpah seorang anak yang kini berstatus siswa kelas II SDN Balongsari X, Kecamatan Magersari. Ia dipaksa pindah sekolah hanya gara-gara IQ rendah. Orang tuanya pun tak terima dengan perlakuan itu. 

“Pihak sekolah meminta agar anak saya segera pindah dari sekolah. Tidak ada alasan lain kecuali karena anak saya memiliki IQ rendah. Tentu saja ya tidak bisa menerima perlakuan diskriminatif begini,” ungkap orang tua siswa tersebut, Jum'at (06/09/2013). 

Menurutnya, alasan yang diusung pihak sekolah berlebihan. “IQ anak saya masih 89. Dari berbagai referensi, tingkat IQ itu masih tergolong normal. “Baru kalau IQ-nya dibawah 70 anak itu bisa disebut IQ jongkok hingga harus sekolah di SLB,” ujarnya. 

Sayangnya, Dinas P dan K yang ia harap menjadi benteng untuk mempertahankan hak dasar pendidikan bagi anaknya tak memberi ruang apa pun. “Berkali-kali saya datang ke Dinas P dan K mengadukan nasib anak saya. Tapi tidak ada respon,” keluhnya. 

Dikonfirmasi hal ini, Kabid TK/SD Dinas P dan K Kota Mojokerto, Eko Edy Susanto membantah jika siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah. 

’’Belum sampai dikeluarkan, orang tuanya hanya diberi surat agar mengusahakan cari sekolah yang tepat untuk anaknya. Selama belum dapat sekolah yang tepat, dia bisa tetap sekolah di SDN X Balongsari, jadi belum sampai dikeluarkan,’’ kilahnya. 

Edy menuturkan, IQ normal untuk bisa masuk sekolah umum adalah 100 keatas.  Sebab IQ dibawah seratus terbilang rendah. ’’Tapi untuk IQ 70 sampai 100, itu bisa masuk sekolah inklusi. Sedangkan dibawah 70 baru masuk SLB,’’ paparnya.

Menurut Edy, nilai tes IQ anak tersebut adalah 89. Sehingga dia sangat tertinggal dari rekan-rekannya. ’’Ia belum bisa menulis. Bahkan membuat garis lurus dengan penggaris saja belum bisa.,’’  ulasnya. 

Siswa itu menurutnya pindahan dari sekolah inklusi Al-Azhar Wates, Kota Mojokerto. Karena sekolah itu kelebihan siswa inklusi, maka begitu masuk kelas dua dia pindah ke SDN Balongsari X. ’’Karena tidak tahu, SDN Balongsari X akhirnya menerimanya. Tapi begitu jalan dua bulan, ternyata dia tak bisa mengikuti pelajaran,’’ bebernya. Makanya sekolah lantas menyarankan orang tuanya untuk pindah sekolah.

’’Nah, karena tidak bisa pindah ke sekolah inklusi, kita sudah minta sekolah agar tetap menerima siswa tersebut,’’ tegas Edy. 

Secara prinsip, lanjut Edy, kepala SDN Balongsari X bersedia tetap menerima siswa tersebut. Jadi dia bisa tetap sekolah disana. Orang tua tidak perlu risau,’’ tegasnya. 
Meski demikian, dia berharap agar orang tua mendukung pendidikan anaknya dengan sesekali mengajaknya menemui psikiater ataupun piskolog. Sebab SDN X Balongsari tidak memiliki guru khusus untuk menangani ABK (anak berkebutuhan khusus). (one)


Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional