Telan Air Ketuban, Bayi Jampersal Meninggal - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Telan Air Ketuban, Bayi Jampersal Meninggal

Mojokerto-(satujurnal.com)
Ironi, program jaminan persalinan (Jampersal) gratis yang seharusnya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, justru berbalik menjadi 'malapetaka'. Kasus pasien jampersal hingga berujung pada maut terjadi di RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto. Dalam dua bulan terakhir, dua bayi pasien Jampersal meninggal dunia.

Kasus terakhir yang begitu miris dialami oleh keluarga Ag, warga Perum Surodinawan, Kota Mojokerto. Buah hatinya, harus menghembuskan nafas terakhir karena kasus bayi menelan air ketuban. 

Ag sangat menyayangkan kepergian anaknya itu karena menurutnya tidak didahului oleh pelayanan maksimal para pelaku medis di RSU berkelas B plus itu. 

 "Secara pribadi saya dan keluarga sangat kecewa dengan pihak rumah sakit. Kalau saja pengananan RS baik, tentunya tidak sampai anak saya menelan air ketuban,” sesal Ag. Saat melahirkan, istrinya ini mengaku mendapatkan perlakuan yang kurang maksimal.

 “Apa karena istri saya pasien Jampersal, lalu standar pelayanan minimalnya diminimalisir,” singgungnya.

Bayi jampersal berjenis kelamin perempuan ini meninggal saat dilahirkan pada Minggu (22/09/2013) di RSU berkelas B tersebut. Bayi dengan berat 3,2 kg dan panjang 48 cm itu hanya sempat menghirup udara selama tiga jam. Lahir pukul 06.00 WIB, dan meninggal pukul 08.00 WIB.

’’Bayi itu murni meninggal karena faktor medis, bukan karena layanan program Jampersalnya. Sebab disini, 99 pasien menggunakan Jampersal. Jumlah pasien umum hanya satu persen,’’ elak drg Sri Mujiwati, direktur RSUD Kota Mojokerto, Selasa (24/09/2013).

Menurutnya, pelayanan untuk pasien Jampersal juga tak dibedakan dengan pasien umum. ’’Baik pasien Jampersal maupun umum tetap kita layani dengan pelayanan nomor satu. Kalau mau USG, pasien Jampersal juga kita layani dengan USG empat dimensi gratis,’’ tegasnya. 

Saat memberi keterangan, Sri Mujiwati didampingi Wakil Direktur Bidang Pelayanan dr Sugeng Mulyadi SpU dan dokter spesialis kandungan dr Ahmad Reza SpOg.

Tiap bulan, jumlah kelahiran yang ditangani RSUD Kota Mojokerto berkisar 130 sampai 150. Dari jumlah itu, mayoritas menjalani persalinan sehat baik ibu maupun bayinya. ’’Yang meninggal kemarin itu kondisinya memang sudah gawat darurat, dan kita sudah berupaya memberikan pertolongan maksimal,’’ tandasnya.

Saat datang pukul 06.00 WIB, sang ibu sudah bukaan tiga. Bayinya sendiri diketahui bermasalah. Namun tak lama  berselang, langsung membuka tujuh dan ketubannya pecah. Belum sampai dilakukan tindakan, bayinya sudah lahir. ’’Itu anak ketiga, jadi proses persalinannya sangat cepat, bahkan diluar dugaan kita. Jika faktor risikonya diketahui sejak awal, persalinan bisa kita lakukan melalui operasi. Tapi ini begitu datang kondisinya sudah siap persalinan, jadi disiapkan operasi juga sudah tidak cukup waktunya,’’ terang dr Ahmad Reza.

Selang dua jam setelah lahir, bayi itupun meninggal dunia. Dugaan penyebab kematian bayi itu sendiri ada dua. Pertama yakni karena kemasukan cairan ketuban kedalam paru-parunya. Dan kedua karena sejak awal paru-paru si bayi diduga sudah bermasalah sejak masih dalam kandungan.

’’Risiko persalinan seperti ini sebenarnya bisa dihindari dengan rutin melakukan kontrol,’’ kata dr Sugeng Mulyadi. 

Melalui kontrol rutin, kondisi cabang bayi dan ibunya bisa dideteksi sejak awal. Sehingga bila ditemukan indikasi gangguan bisa langsung dilakukan pencegahan. Jika perlu penanganan, secepatnya juga bisa diambil tindakan yang tepat. ’’Jika faktor risiko ibu maupun bayi kemarin sudah diketahui sejak awal dan dirujuk ke rumah sakit lebih dini, persalinan lebih aman dilakukan melalui operasi. Dan keluarga tidak perlu khawatir masalah biayanya, sebab operasi cesar juga gratis untuk pasien Jampersal,’’ jelas Sugeng. (one)


Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional