Mojokerto-(satujurnal.com)
Aksi mogok praktek selama dua puluh empat jam yang dilakukan dokter RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto, Rabu (27/11/2013) dianggap berlebihan. Kecaman keras bagi dokter di rumah sakit plat merah ini pun terus bergulir. Apalagi, ratusan pasien di rumah sakit kelas B ini terlantar akibat aksi bertajuk solidaritas nasional untuk dr Dewa Ayu Sasiari Prawani yang dijebloskan ke Rutan Mandeleng Manado, Jumat, (8/11/2013) lalu. Oleh MA, ia dinilai bersalah saat melakukan operasi caesar terhadap seorang pasien. Rekan setim dr Ayu, yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendry Siagian, juga divonis 10 bulan penjara dalam kasus tersebut.
“Demo memang hak, tapi tidak dengan cara menelantarkan pasien begini. Tugas mulia mereka justru ternodai dengan ulah yang memilih mogok kerja ketimbang menangani pasien. Tidak bisa dibayangkan, jika saat ini ada pasien kritis yang harus mendapat tindakan medis secepatnya, namun dokter bersikeras tidak akan memberikan pertolongan,” kecam Sutarman, salah satu pasien yang terpaksa balik pulang lantaran ‘tak digubris’ dokter yang lebih memilih berteriak-teriak berorasi di rumah sakit yang notabene milik masyarakat itu.
Cara para dokter menumpahkan aspirasi dengan menutup seluruh poli ini harus dibayar dengan kekecewaan ratusan pasien. Tak satu pun dokter rumah sakit milik Pemkot Mojokerto ini yang sudi memberi pelayanan.
Rona kekecewaan dan wajah lesu para pasien yang berharap disentuh para dokter tak dapat disembunyikan. Mereka mengaku tidak simpatik dengan aksi menutup layanan 24 jam itu. “Jangan harap masyarakat akan simpatik, kalau mereka justru menunjukkan solidaritas buta begitu,” lontar Retno, pasien warga Surodinawan, Kota Mojokerto. Ada 15 poli mulai poli jantung sampai poli THT juga tutup.
Wakil Direktur RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, Dr Sugeng Mulyadi SpU mengatakan, semula memang rencananya hanya pelayanan poli kandungan yang tak memberi palayanan. Namun ternyata banyak dokter-dokter yang lain juga ingin menunjukkan solidaritas mereka.
"Kecuali pasien lama yang sudah kita rawat inap tetap dilayani. Tapi untuk pasien baru dengan penuh penyesalan memang kita tak layani. Seluruh poli kami tutup," kata Sugeng
Aksi para dokter yang berlangsung di halaman dan lobi rumah sakit yang dibangun dengan uang rakyat senilai Rp 180 miliar ini dikemas dengan orasi bermuatan kecaman terhadap aparat penegak hukum, kepolisian, kejaksaan dan hakim. Mereka pun menuntut penghapusan kriminalisasi terhadap dokter seluruh indonesia yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Usai berorasi, mereka melakukan tanda tangan massal di kain putih sebagai bentuk rasa berkabung. (wie)
Social