Jombang-(satujurnal.com)
Namanya Untung (40) namun nasibnya tak seberuntung namanya, Pria sebatang kara penyandang tuna rungu yang sehari-hari bekerja sebagai kuli batu asal Dusun Sukodono, Desa canggu, Jetis Mojokerto harus bersabar setelah gagal mendapatkan terapi syaraf telinga oleh Masudin, pakar terapi syaraf telinga di Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro.
Gagalnya terapi itu setelah ia tak mendapatkan hasil tes audiometri dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang.
Sualiman (32), tetangga Untung saat datang dikediaman Masudin, mengatakan, saat itu diruang poly Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) Untung sudah menjalani sejumlah pemeriksaan dengan beberapa dokter.
Namanya Untung (40) namun nasibnya tak seberuntung namanya, Pria sebatang kara penyandang tuna rungu yang sehari-hari bekerja sebagai kuli batu asal Dusun Sukodono, Desa canggu, Jetis Mojokerto harus bersabar setelah gagal mendapatkan terapi syaraf telinga oleh Masudin, pakar terapi syaraf telinga di Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro.
Gagalnya terapi itu setelah ia tak mendapatkan hasil tes audiometri dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang.
Sualiman (32), tetangga Untung saat datang dikediaman Masudin, mengatakan, saat itu diruang poly Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) Untung sudah menjalani sejumlah pemeriksaan dengan beberapa dokter.
Namun, dokter THT setempat tak memberikan hasil kesimpulan audiometri terhadap Untung dengan alasan tidak adanya alat audiometri di Rumah Sakit. “katanya Dokter alatnya tidak ada, adanya di Rumah Sakit Karang Menjangan (RSU Dr Sutomo) Surabaya. Padahal saya lihat kemarin ada” ungkapnya saat mengantarkan Untung, tetangga dekatnya itu.
Sementara, Saat di konfirmasi terkait penolakan pemberian hasil tes audiomteri terhadap pasien Untung, Dr. Puji Umbaran, Wakil Direktur RSUD Jombang, mengatakan, Ia akan melakukan klarifikasi lebih lanjut dengan dokter di poly THT.
Ia menjelaskan, Hasil tes audiometri akan diberikan kepada siapapun pasien yang memintanya. Namun, hanya berupa hasil resume atau kesimpulan. “kalau soal berapa disablenyanya itu tidak kita beri, karena untuk rekam medik rumah sakit” tegasnya.
Menanggapi hal ini, Masudin adalah seorang pakar terapi syaraf telinga yang pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI karena kemapuannya yang pertama dan kecepatanya menyembuhkan para pasien tuna rungu.
Hasil tes audiomteri maupun tes bera sendiri adalah salah satu persyaratan untuk terapi di pakar saraf telinga.
Menurut Masudin, tes audiometri dibutuhkan untuk menyatakan bahwa pasien tersebut benar-benar mengalami gangguan pada syaraf telinga atau tuna rungu.
“ini juga sebagai bahan pembanding bagaimana kondisinya sebelum dan sesudah saya terapi” kata Masudin.( rg)
Social