Anam, orang tua Efendi |
SUASANA duka masih menyelimuti
kediaman Efendi Novianto, mendiang korban cukrik maut yang meninggal 2 Januari
2014. Kematian sulung tiga bersaudara anak pasangan Anam dan Agustina, warga Balongsari II nomor 22, Lingkungan Mangunrejo, Kelurahan
Balongsari, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini tidak saja mengejutkan
keluarganya namun juga tetangganya. Ini lantaran pelajar kelas XI SMK Taman
Siswa Kota Mojokerto tersebut di mata teman dan tetangganya dikenal sebagai
anak pendiam.
Tak syak, meninggalnya pegiat
olah raga sepakbola itu menyebabkan orangtuanya shock berat. Bahkan sebelum
prosesi pemakaman berlangsung, beberapa kali Anam dan Agustina pingsan.
Anam, sang ayah mengaku sebelumnya
tak mendapat firasat apa pun hingga putranya yang kini berusia 17 tahun itu
meregang nyawa akibat miras oplosan.
“Saya benar-benar kaget. Tidak
menyangka kalau anak saya sampai meninggal karena miras. Karena, dia anak yang
pendiam. Tidak pernah neko-neko (berbuat negatif),” tutur Anam saat ditemui
dikediamannya, Selasa (07/01/2014).
Efendi pamit merayakan pesta
tahun baru bersama teman mainnya di Balongsari IV. “Malam tahun baru Efendi
pamit, tahun baruan bareng teman-temannya. Saya hanya ingatkan agar tidak
melakukan hal-hal negatif. Apalagi sampai minum miras,” ucap Anam.
Namun rupanya nasehat sang ayah
hanya dianggap angin lalu. Efendi memilih berpesta tahun baru dengan menenggak
miras bersama puluhan temannya.
“Selasa (01/01/2014) pagi Efendi
pulang. Ia hanya mengaku terus pusing-pusing. Sebelum pulang ia sempat kerokan
di rumah pamannya di Balongsari IV. Saya pikir masuk angin. Tapi saya lihat
wajahnya sangat pucat. Suhu badannya tinggi. Lalu muntah-muntah. Ia terus
menggeliat tidak karuan,” tutur Anam sembari menerawang membayangkan naas
sebelum ajal menjemput anaknya.
Sehari kemudian, tanggal 2
Januari 2014, ujar pejual nasi di Pasar Tanjung Anyar ini, saya lihat badan
Efendi kian pucat biru. “Saya berusaha menenangkan anak saya. Tapi ia mengaku
sekujur badannya sakit. Tenggorokannya kering dan sesak nafas. Saya lihat badannya pucat.
Matanya menatap tajam ke arah atas. Saya dan istri pun langsung membawa Efendi
ke Klinik Pasar Tanjung Anyar. Setelah minum obat dari dokter klinik, dia
sempat tenang. Tapi sekitar jam 11 siang, dia muntah-muntah. Langsung saya
larikan ke RSI Hasanah (jalan Cokroaminoto, Kota Mojokerto). Saat di UGD, tensi
darah anak saya 350 (sistole), lalu drop menjadi 200 sampai 50,” terangnya.
Menurut dokter yang memeriksa, lanjut
Anam, anak saya sakit karena minum miras. “Keterangan dokter itu tidak beda
dengan pengakuan anak saya. Memang semula ia mengelak minum miras, tapi
akhirnya dia mengaku,” ujarnya.
Pengakuan anaknya sebenarnya
memungkasi kecurigaannya. Namun, tetap saja tidak membuka tabir, jenis minuman
keras yang dikonsumsi. “Sampai sekarang saya tidak tahu miras jenis apa yang
diminum anak saya. Karena teman-teman dia pun mengaku tidak tahu asal muasal
miras oplosan itu,” ucap dia.
Yang diceritakan teman-teman
Efendi, kata Anam, jika anaknya terlibat pesta miras bersama puluhan teman
bermainnya, bukan teman-teman sekolah. “Minumnya bergerombol. Pertama di
Kedungsari. Karena diobrak warga setempat, lalu pindah ke pasar Tanjung Anyar,”
tukasnya.
Efendi yang dinyatakan dokter RSI
Hasanah meninggal dunia, Rabu (02/01/2014) pukul 18:30 WIB, dimakamkan di pemakaman
umum Losari, Kecamatan Losari, Kabupaten Mojokerto, Kamis (03/01/2014) pagi,
sekitar pukul 08:15 WIB.
Empati tetangga dan guru tempat
Efendi menimbah ilmu agaknya menjadi pelipur duka keluarga yang mendiami rumah
berukuran mungil di gang sempit sebelah utara eks RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto tersebut. “Alhamdulillah, para tetangga banyak membantu dan
menyemangati saya sekeluarga. Begitu juga beberapa orang guru perwakilan
sekolah anak saya. Mereka takziah dan menyerahkan uang duka dari sekolah,” ucapnya.
Meski mengaku ikhlas dengan
kepergian anaknya, namun ia pun berharap agar aparat berwenang mengambil
langkah cepat menangkap pembuat dan pengedar cukrik maut. “Saya harap anak saya
dan 16 korban cukrik maut adalah korban yang terakhir. Dan saya juga berharap
agar aparat kepolisian secepatnya menangkap dan menghukum pengoplos maupun penjual cukrik maut,” ucapnya
agak lantang. (one)
Social