Mojokerto-(satujurnal.com)
Walikota Mojokerto Mas'ud Yunus meminta perajin batik setempat belajar dari batik Madura. Bukan urusan motif, namun terkait kualitas dan harga yang lebih murah.
"Kita juga perlu belajar seperti batik Madura, kenapa disana motif dan kualitasnya bagus tapi murah," ujar walikota saat meninjau kegiatan membatik siswa SMP Negeri 6 Kota Mojokerto usai memimpin upacara persiapan Ujian Nasional
,Senin (07/04/2014).
Batik tulis Kota Mojokerto merupakan satu dari sejumlah produk unggulan. Enam dari sekian motif batik sudah dipatenkan. Namun hingga saat ini batik kota Mojokerto belum dapat dijadikan produk massal.
Proses pembatikan masih dengan canting, belum batik cetakan atau printing.
"Batik kita (batik Kota Mojokerto) unggul dalam kualitas maupun motif. Tapi dari segi pemasaran masih kurang. Banyak faktor yang perlu dievaluasi," terang Mas'ud Yunus.
Ia pun mendorong agar para siswa terus belajar batik tulis dan menanamkan rasa cinta terhadap batik sejak dini.
"Ini merupakan kegiatan untuk menjelaskan kepada siswa agar memahami arti pentingnya seni budaya, dapat mengapresiasikan, berkreativitas dan berperan aktif dalam melestarikan seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global," kata Mas'ud Yunus.
Dengan pembelajaran membatik , lanjut dia, siswa dapat mengetahui nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada mereka. Sebagai generasi muda harus mencintai budaya dan produk lokalnya seperti membatik ini. "Untuk itu siswa harus kreatif dan inovatif. Batik kota Mojokerto juga harus memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah lain," ucapnya.
Menurut Mas'ud Yunus, produk unggulan, seperti halnya batik, jasa dan layanan di kota Mojokerto harus unggul untuk mendukung sebagai kota pelayanan.
"Karena dengan produk dan layanan yang baik, didukung dengan masyarakat yang percaya dengan produk sendiri, maka bisa mengembalikan jati diri ekonomi bangsa," tukasnya. (one)
Social