Jelang Lebaran, Omzet Perajin Krecek Krupuk Rambak Meningkat Tajam - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Jelang Lebaran, Omzet Perajin Krecek Krupuk Rambak Meningkat Tajam

Mojokerto-(satujurnal.com)
Mendekati lebaran, pesanan krecek krupuk rambak sapi di Desa Kauman, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto meningkat tajam. Puluhan perajin krupuk rambak di sentra rambak inipun menangguk omzet besar, berlipat hingga dua ratus persen. Cita rasa dan harga yang bersaing dengan produk serupa daerah lain agaknya menjadikan rambak Bangsal kian diburu pedagang dan penikmat cemilan berbahan kulit sapi tersebut. 

Agar semua pesanan terpenuhi tepat waktu, para perajin harus bekerja ekstra. Para pekerja yang berasal dari desa setempat pun kerja lembur. 

Konsum, salah satu perajin krecek krupuk rambak mengaku kuwalahan melayani pemesanan. Jika hari biasa ia mengolah kulit sapi menjadi krecek kisaran 3 ton per minggu, kini berlipat menjadi 6 ton perminggu. Jam kerja dan tenaga kerja pun harus ditambah. 

Sedang harga krecek rambak ukuran stik yang biasanya dibandrol Rp 60 ribu perkilogram, kini dipasang harga Rp 87 ribu perkilogram. “Sebenarnya bukan harganya naik, tapi disesuaikan saja. Karena harga bahan dasarnya (kulit sapi) juga naik,” ujar Komsum sedikit diplomatis.

Kosum yang mengawali memproduksi krecek kulit rambak beberapa tahun lalu ini pun menjelaskan, pembuatan krecek krupuk rambak diawali dari proses memasak kulit sapi yang masih berupa lembaran  setelah memalui proses perendaman dalam bak besar yang diisi dengan air kapur yang sudah jernih. Proses ini cukup rumit.  Kulit di masak dalam air kapur yang mendidih hingga kulit sapi melar menjadi lebih tebal dari aslinya. 

Setelah matang dan melar, kulit ditiriskan dengan cara dijemur, namun tidak sampai kering karena sebatas untuk menghilangkan air sisa pencucian. Selanjutnya kulit digulung dan dipotong dengan menggunakan pisau khusus agar berukuran sama dalam bentuk memanjang seperti potongan kain.

Potongan kulit yang menyerupai kain ini lalu dipotong lagi dengan ukuran tetap memanjang hingga menyerupai stik berukuran satu sentimeter dengan panjang sepuluh sentimeter. 

Proses pemotongan kulit ini oleh Kosum diserahkan ke pekerja perempuan. Alasan ia, perempuan lebih telaten. 

Setelah menjadi potongan-potongan kecil menyerupai stik, dilakukan proses penjemuran langsung di bawah terik  matahari. Konsum memilih sinar matahari daripada oven atau pemanas mesin lantaran hasilnya lebih baik. “Dijemur dibawah terik matahari lebih baik. Krecek kulit lebih mengembang saat digoreng,” terangnya. 

Setelah benar-benar kering dan keras, kulit potongan kecil ini siap digoreng. Proses penggorengan ini setempat disebut ‘ngalup’, yakni pemanasan krecek kulit diatas api dengan suhu yang tidak terlalu panas. Minyak yang digunakan untuk menggoreng sudah dicampur dengan bumbu rempah-rempah. Kulit rambak digoreng hingga kering namun tidak sampai mekar hingga berbentuk krecek. Krecek kemudian dikemas dalam plastik dan siap untuk dipasarkan. “Pemesan bukan saja dari daerah Mojokerto, tapi juga puluhan daerah lain di Jawa, Kalimantan, Sumatra, Bali dan lainnya,” tukas Komsun. (wie)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional