BERGELUT dengan limbah sampah organik bagi Tony Wardono, pemilik formula cair yang
mampu menetralisir bau sampah menyengat, kini menjadi dunianya.
Laki-laki warga Kota Mojokerto yang mengklaim
sebagai penemu formula hasil proses fermentasi berbagai macam buah-buahan dan
serat yang menghasilkan bakteri-bakteri menguntungkan, tak berbau dan berfungsi
sebagai penetral semua jenis sampah, baik sampah herbal maupun kotoran ini
mengaku harus melakoni hidup ‘untuk sampah’ sebelum akhirnya menemukan pestisida organik
yang sempat ia tawarkan ke berbagai instansi pemerintah di beberapa daerah ini.
“Upaya saya ini merupakan bagian dari kampanye
peduli sampah,” kata Tony, sapaan akrab Tony Wardono, Senin (10/11/2014).
Sarjana ekonomi yang kini fasih mengurai soal
manfaat sampah ini bertutur, awal ‘bersinergi’ dengan sampah organik limbah
rumah tangga itu tatkala berkenalan dengan sarjana asal negara Jerman di kota
Malang, sebelas tahun silam.
Semula ia ragu dengan upaya pria bule yang
dikenalnya dan mengajak melakukan eksperimen untuk menemukan formula e.coli
nol. “Saya kian tertarik dan terinspirasi dengan ketekunan pria Jerman menenmukan
formula berkadar e.coli nol.
Sepeninggalan pria Jerman, ia masih terus
bereksprimen. Tak tanggung-tanggung, eksperimen yang ia lakukan, dari detik ke
detik sudah tercatat 1.620 kali.
“Saya catat benar, setiap botol eksperimen
fermentasi dari tanggal, jam dan detik hingga hasil yang muncul,” ujar pria yang
bermukim di Suratan IV, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota
Mojokerto tersebut mengawali kisahnya berkutat dengan beragam benda organik.
“Produk
bakteri yang saya hasilkan bersifat netral, e.coli Nol. Tampaknya memang
mustahil, tapi kegunaannya sudah teruji. Yang pasti, produk saya mampu mengatasi
berbagai jenis limbah dengan menghilangkan aroma tak sedap yang selama ini
merisaukan masyarakat sekitar. Bukan hanya itu, dengan formula cair temuan saya,
limbah akan menjadi pupuk pestisida organik,” paparnya.
Memperkuat hasil temuannya, tahun ujung tahun 2012
lalu ia mengujilabkan lactobacillus temuannya di Labkesda Kota Mojokerto. Hasil
uji menyebutkan, lactobacillus miliknya mengandung e.coli Nol. “Ini hasil uji lab
Labkesda,” ujar Tony seraya menunjukkan hasil analisa di lap milik Pemkot
Mojokerto tersebut.
Sejatinya, ujar Tony, jerih payah menemukan
formula menetralisir sampah didedikasikan untuk keberlanjutan lingkungan.
“Dengan lactobacillus produk saya, kita bisa
mendaur ulang kotoran yang berasal dari hewan dan sisa-sisa makanan menjadi bokasi
yang berfungsi sebagai pupuk kandang,” katanya.
Pria yang mengaku sudah menjelajah hampir
antero nusantara untuk menggandeng mitra mengatasi masalah limbah dan sampah organik
masih terus memperkenalkan karya temuannya.
Beberapa kali pula ia berupaya menggandeng
Pemkot Mojokerto melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) untuk mengolah
sampah dengan metode yang ia terapkan dengan formula andalannya. “Sempat ada
respon, tapi belum ada kelanjutan,” akunya.
Tak hanya untuk pengolahan sampah, produk Tony
ini juga bisa untuk terapi kesehatan manusia. “Bisa dikonsumsi untuk terapi
kesehatan. Beragam penyakit bisa disembuhkan dengan hasil temuan saya,” ujar
dia seraya menyebut sejumlah nama dan pejabat di pusat pemerintahan yang sudah
memanfaatkan produknya untuk terapi penyembuhan berbagai penyakit. (one)
Social