Mardiah,
seorang perempuan perajin genteng di Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno,
Kabupaten Jombang cerminan perempuan tangguh yang pantang lelah demi
kelangsungan hidup keluarganya.
Tanpa jedah, setiap hari selama
dua puluh lima tahun, ia bergelut dengan tanah liat bahan baku genteng. Tak
tampak raut lelah diwajah ibu perajin genteng berusia 55 tahun ini. Justru
semangat untuk terus bekerja demi kelangsungan pendidikan anaknya yang terus ia
pompa.
Bersama beberapa orang
kerabatnya, si ibu perkasa ini tak kenal lelah mencetak genteng dengan alat
konvensional. Sekilas, mungkin mencetak genteng itu pekerjaan ringan. Tapi,
menjadi pekerjaan berat tatkala harus mencangkul tanah liat , mencetak genteng,
menyaput agar permukaan lebih halus, memindahkan genteng cetakan di tempat
jemuran genteng. Ibu Mardiah butuh tenaga ekstra untuk pekerjaan yang lebih
tepat dilakukan kaum pria ini.
Meski jauh dari berharap kelak Lailatul
Fitriyah, anak perempuannya mengikuti jejaknya sebagai perajin genteng, namun
ia mengajak buah hatinya itu untuk membantu bekerja, sekedar menata genteng
yang sudah kering.
Sifat ikhlas tanpa kenal lelah
rupanya tercermin dari wajah sang anak. Setiap hari, sebelum berangkat sekolah,
Lailatu Fitriyah yang bercita-cita menjadi sarjana ini terlebih dahulu
melakukan ‘tugas’ keluarga, menata genteng. Pun sepulang sekolah, ia
bersentuhan lagi dengan genteng. Ia mengaku beruntung dan bangga ibu tangguh
dan perkasa yang menjadi garda depan keluarga.
Meski hidup sederhana dari
hasil jeri payah membuat genteng dengan tangan-tangan yang mulai renta, Mardiah
tetap bisa menyambung hidup. Semangat ibu yang pantang menyerah benar-benar
diterapkan Mardiah dalam kehidupannya, dan tentu saja menjadi inspirasi bagi
kita semua. (rg)
Social