![]() |
Walikota Mas'ud Yunus |
DERET hitung bertajuk agenda tahunan terus memanjang dalam kegiatan Pemerintah Kota
Mojokerto. Dari
tradisi lokal, tradisi bernuansa sinkritis hingga ikon baru untuk mendongkrak
citra wisata di kota mungil dengan dua kecamatan ini terus digali Walikota Mas’ud
Yunus. Setelah mengusung pesta sate massal di momen Idul Adha, kini birokrat
berlatarbelakang ulama ini bakal menghelat ‘Kenduri Maulid 2015 Layah'
, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid
atau dalam leksikon wong Mojokerto akrab disebut muludan akan diperingati
secara besar-besaran dengan melibatkan sedikitnya 7.000 orang, hari Minggu, 18
Januari 2015, di Lapangan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon.
Layah, gerabah dari tanah liat yang acap difungsikan sebagai wadah penghalus aneka bumbu dapur diekspresikan secara kultural sebagai simbol perekat. Ini lantaran dalam tradisi muludan di kalangan
muslim Kota Mojokerto tak lepas dari layah. Kala Muludan berlangsung,
laya dijadikan penampung aneka penganan yang disuguhkan diantara prosesi
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Layah,
ujar Mas’ud Yunus, dalam tradisi muslim di banyak daerah, dijadikan wadah menu untuk
disantap bareng. Tatkala sekelompok orang makan bersama dengan satu layah, maka
kebersamaan, kerukunan menjadi melekat. “Makna filosofinya, layah merupakan
perekat, kerukunan, simbol kegotongroyongan. Tradisi ‘Layah’ Ini yang harus kita
pertahankan dan lestarikan dalam tradisi Muludan agar menjadi sarana ukhuwah
dan semangat untuk saling berbagi ,” ujar pria yang lebih populer disapa Kyai
Ud tersebut.
Jumlah
2015 layah berisi nasi kuning dan nasi gurih menandai tahun Masehi yang sedang
berjalan, kendati pun dalam tradisi Islam, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
mengacu pada bulan Rabi’ul Awal dalam kalender Hijriyah. Benang merah yang
ditarik, bahwa kegiatan ini bukan sekedar memperingati ‘hari’ kelahiran Nabi
Muhammad SAW, namun juga berkenaan dengan eksistensi Nabi Muhammad SAW dan pengaruhnya
dalam peradaban dunia setelah beliau wafat.
“Saya ingin menghidupkan budaya Islam
nusantara di Kota Mojokerto. Siapa lagi yang melestarikan budaya Islam
nusantara kalau tidak dimulai dari kita sendiri. Saya harap acara ini nantinya
juga menjadi acara tahunan yang menarik wisatawan ke Kota Mojokerto,” ucapnya.
Yang
terlibat dalam helatan akbar ini, kata Kyai Ud, dari unsur Forpimda Kota
Mojokerto, Jamaah Al Ummahat, FKMT, kepala sekolah, pelajar, SKPD, RT, RW,
organisasi Islam dan Masyarakat se-Kota Mojokerto. Ribuan peserta ini
diwajibkan untuk berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang itu membawa
sebuah layah berisi tumpeng nasi kuning.
Peringatan
kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dikolaborasikan dengan tradisi
setempat,kenduri massal yang dikemas apik dan inovatif tanpa menanggalkan
nuansa religius ini, ujar Kyai Ud, tak lain untuk menarik hikmah keteladanan sang
Nabi.
Kegiatan
kemanusiaan donor darah pun diusung dalam rangkaian kegiatan yang dijadwal
mulai pukul 08.00 WIB tersebut.
“Peserta dan undangan yang datang juga saya
wajibkan membawa tas plastik atau kresek untuk tempat sampah. Ini penting.
Karena saya ingin nanti setelah acara, masing-masing peserta punya tanggung
jawab dalam kebersihan lingkungan,” terangnya. (one)
Social