Demam Batu Akik, Eriyanto Raup Rp 500 Ribu Sehari - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Demam Batu Akik, Eriyanto Raup Rp 500 Ribu Sehari

DEMAM batu akik sejak beberapa bulan terakhir membawa berkah tersendiri bagi para pengrajinnya. 
Pendapatan para pengrajin batu akik terus merangkak naik. Ini lantaran pesanan batu alam yang acap disebut kristal agate untuk aneka perhiasan ini pun naik tajam. 

Seperti halnya yang dialami Eriyanto, pengrajin batu akik yang tinggal di Kedung Bendo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. 

Laki-laki yang sudah menggeluti batu akik sejak tahun 1989 itu mengaku merasakan pundi-pundi uangnya terus bertambah sejak booming akik beberapa bulan silam. 

Pengrajin batu akik ini tak hanya mengandalkan pesanan semata, namun setiap hari ia juga menjajakan batu akik di emperan toko di jalan Karyawan Kota Mojokerto. 

Bapak lima anak ini belakangan harus lembur untuk mengolah batu antik itu hingga menjadi bentuk yang indah dan layak dipasarkan. 

“Beberapa bulan terakhir omset saya cukup naik drastis. Kalau sebelumnya pendapatan saya hanya cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, sekarang lebih dari itu. Setidaknya setiap hari saya bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 500 ribu,” aku Eri, sapaan Eryanto, Senin (23/3/2015)

Eri menyebut beberapa jenis batu akik yang jadi primadona yang kini harganya melejit. 

“Seperti batu akik jenis yellow safir koleksi saya. Laku terjual Rp 3 juta rupiah. Padahal, sebelum batu akik ramai di pasaran seperti sekarang, harganya hanya pada kisaran ratusan ribu rupiah saja,” katanya seraya menyebut kelebihan yellow safir dibanding batu akik lainnya. 

Eri yang tengah sibuk mengolah batu akik ‘kasar’ berbentuk bongkahan bertutur soal proses pembentukan batu akik. 

Seraya menunjukkan bongkahan batu berukuran kepala tangan orang dewasa yang akan digergaji, Eri menyebut runtutan pembentukan batu akik yang akan dijadikan perhiasan. 

Ia pun dengan cekatan memecah bongkahan batu menjadi beberapa butir. Suara bising gerenda listrik dan debu yang beterbangan menjadi irama kerja yang dinikmati Eri. Tak berapa lama, batu pun terbelah menjadi bagian kecil. 

Permukaan batu yang terpotong masih tampak kasar. Proses penghalusan pun dilakukan dengan menggunakan amplas. 

Batu beraneka warna itu pun dibentuk sesuai selera. Mulai dari berbentuk lonjong, bulat, hingga segi empat. 

“Masih ada proses lagi. Batu-batu ini harus dihaluskan lagi agar tampak lebih mengkilap,” ujarnya. 

Untuk pembentukan satu butir batu akik hingga siap jual, kata Eri, sedikitnya menghabiskan waktu hingga satu jam. Namun kadang waktu yang dibutuhkan lebih dari satu jam. 

"Tergantung pada jenis dan kondisi batu. Batu yang memiliki kepadatan yang luar biasa akan butuh waktu lama untuk proses pemecahan maupun pemolesannya,” urainya. 

Terkadang, kata Eri, batu yang sudah dihaluskan justru mengeluarkan pori-pori. Batu jenis ini menurutnya butuh waktu lama untuk merampungkan hingga jadi batu akik siap jual. 

Meski demikian, rata-rata Eri bisa merampungkan menggarap batu akik hingga belasan butir. “Dalam sehari ya bisa beberapa butir yang  siap untuk dipasang di emban (lingkaran cincin) atau perhiasan lainnya,” terangnya. 

Batu akik yang diolah Eri ini bukan batu biasa, melainkan batu unik dengan berbagai macam warna yang didatangkan dari sejumlah daerah luar pulau Jawa, diantaranya Kalimantan dan Maluku, bahkan ada juga yang dari luar negeri.’’Saya punya batu pyrus dari Persia,’’ katanya menyebut salah satu koleksi batu akik  asal luar negeri yang ia punya. (wie)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional