Sugeng, pengusaha catering di Jombang |
Kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram
dan 3 kilogram berimbas pada usaha catering. Para pengusaha di bidang jasa boga
ini harus putar otak agar usahanya tidak sampai bangkrut. Karena, selain
elpiji, tren harga sembako pun mengalami kenaikan. Seperti harga beras yang
belakangan terus menerus mengalami kenaikan menyebabkan pengusaha catering
harus menyesuaikan porsi makanan.
Imbas dari kenaikan harga elpiji dan
sembako, yakni merosotnya omset lantaran sepinya pembeli.
Salah satu pengusaha catering mengaku
hampir satu bulan terakhir ini sepi pesanan. Biasanya, pesanan kantor rutin ia
terima. Namun sejak dua pekan ii tidak ada pesanan. Karena para konsumen tidak
mau kalau porsi makanan di kurangi.
“Harga elpiji ukuran 12 kilogram
mencapai Rp 140 ribu. Untuk menghemat biaya produksi, saya pilih menggunakan
tabung elpiji 3 kilogram,” kata Sugeng, pengusaha catering di kawasan perumahan
Jaya Abdi Jombang.
Sugeng yang sudah bergelut di bidang
catering sejak sepuluh tahun silam ini mengaku belakangan usahanya semakin
sepi.
“Sangat dilematis. Melayani pelanggan
dengan harga lama sudah tidak mungkin lagi. Sementara pelanggan tetap berpatokan
pada harga lama. Yang bisa, hanya menyesuaikan porsi makanan. Ini pun jadi
masalah juga,” keluhnya.
Ia berharap agar pemerintah tidak
terus menaikan harga sembako dan harga elpiji karena semakin menyengsarakan pengusaha
kecil maupun masyarakat secara umum. (rg)
Social