Batu Akik, Tren yang Kian Dilirik - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Batu Akik, Tren yang Kian Dilirik

Wahyu Suryadi, Ketua Komunitas Batu Akik Kota Mojokerto

HARGA batu akik terus menerus menukik. Bursa asesoris bernama latin agate stone ini pun kian banyak yang melirik.

Tak ayal, penggemar dan pedagang batu akik banyak yang bersinergi.  Saling tukar pengalaman dan informasi.

Soal sebutan dan kasta setiap jenis batu akik, mereka biasanya akur. Namun soal harga, tetap saja tak bisa terukur. 

Memang tak ada standar, tapi kadang muncul harga yang bisa dibilang tak wajar.

Penjual yang menyebut batu akik dagangannya dipakai para elit, harga pun bisa dibandrol selangit.

Awam yang kepincut pun rela merogoh kocek lebih dalam. Agar batu akik pilihannya bisa digenggam.

Soal ini diakui Wahyu Suryadi, Ketua Komunitas Batu Akik, Mulia dan Permata Kota Mojokerto, disela-sela persiapan mengikuti Festival Buruh 2015 helatan Disnakertrans Kota Mojokerto di GOR dan Seni Mojopahit, jalan Gajah Mada, Kamis (29/04/2015).

Ujar dia, batu akik kini jadi ladang. Tidak saja penjual batu akik yang melenggang. Perajin cincin atau emban akik, penjual jasa potong dan asah batu akik pun senang.

Pundi rupiah mereka terus terisi. Seiring pamor batu akik yang kian tinggi.

Penjual batu akik, katanya, juga pasang siasat. Sebelum dilempar dipasar, batu akik miliknya diujilabkan untuk mendapat sertifikat. Ini agar harganya bisa dibandrol berlipat.

"Tapi Itu bukan muslihat, karena penguji batu akik penerbit sertifikat dinilai memiliki kemampuan menguji,  bukan sekedar bakat," kata Wahyu.

Yang harus diwaspadai, ingatnya, yakni penipuan penjualan batu akik di dunia maya. Di beberapa kasus, batu akik yang dipesan dan yang diterima tidak sama. Kualitas barang yang diterima pemesan sangat rendah, jauh dibanding barang yang seharusnya.

"Meski pemesan mengumpat, tak ada artinya. Telat. Uang yang kadung ditranfer ya hanyut," seloroh pegawai PG Gempolkrep tersebut.

Persaingan antar penggemar dan penjual batu akik, katanya,  kini mulai menunjukkan gejala tak sehat. 'Perang harga' acapkali mencuat.

Pengalaman legit dan getir penggemar batu akik, seperti halnya tatkala berbelanja lewat dunia maya itulah yang menjadi pijakan terbentuknya komunitas penggemar batu akik yang kini punya 25 anggota dengan berbagai latarbelakang dan profesi tersebut.

Bermotto 'Selo Mulyo Nuswantoro' , komunitas ini membuka pintu bagi siapapun untuk menjadi bagian dari komunitas yang sering mangkal di sentra niaga batu akik di jalan Karyawan Kota Mojokerto ini.

"Komunitas ini jadi wadah penggemar batu akik untuk saling tukar informasi, berbagi pengalaman. Jadi yang ditekankan ya keguyuban dan saling mengisi," ujar Wahyu berdiplomasi. (one)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional