Tarung Cambuk Rotan, Tradisi Ujung di Desa Banjaragung. - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Tarung Cambuk Rotan, Tradisi Ujung di Desa Banjaragung.

Jombang-(satujurnal.com)
Tradisi pertarungan dengan cambukan rotan atau ujung masih bisa ditemui di Desa Banjaragung, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Di atas panggung, petarung ujung secara bergantian menyabetkan cambuk rotannya ke arah lawan. Sementara sang lawan akan berusaha menangkis sabetan cambuk lawannya.

Meski duel ujung ini beresiko, setidaknya punggung petarung yang bertelanjang dada terluka akibat terkena sabetan cambuk rotan, namun mereka yang larut di laga ujung ini mengaku tak gamang. Mereka rela menjadi petarung demi melestarikan seni tradisi.

Konon tradisi ini merupakan tradisi turun menurun yang sudah dilakukan nenek moyang mereka untuk ritual mendatangkan hujan saat musim kemarau.

Setiap tetesan darah yang menetes dari punggung petarung akan menjadi pengorbanan yang dipercaya bisa mengundang hujan.

Seiring bergesernya waktu, tradisi ini sekarang digelar sebagai bentuk kesenian untuk menjaga warisan tradisi budaya leluhur.

Tradisi ujung ini banyak menyita perhatian ratusan warga. Seperti yang digelar Minggu (10/5/2015). Tidak saja datang dari wilayah sekitar, namun pengunjung juga berdatangan dari berbagai wilayah lain.

Nyali besar harus dimiliki setiap petarung ujung. Begitu naik panggung, mereka langsung memilih rotan sebagai senjata untuk ‘menyerang’ lawan tandingnya.

Pemain ujung, dari kalangan remaja hingga lanjut usia kian bersemangat tatkala berhasil mencambuk lawan tanding. Gamelan yang jadi pengiring ujung memberi warna ritual ini.

Sembari melestarikan seni tradisi, petarung ujung juga berharap mendapatkan lembaran rupiah, antara Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu setiap naik panggung, setidaknya untuk menambah penghasilan mereka ditengah himpitan ekonomi.

Subandi, salah satu petarung ujung mengatakan, naik panggung baginya sudah menjadi ‘hobi’. Setiap laga ujung digelar, ia tak pernah absen.

“Sudah sejak 15 tahun lalu saya terlibat jadi petarung ujung,” tuturnya.

Soal luka akibat sabetan cambuk rotan, ujar Subandi, bukan hal yang terlalu dikhawatirkan. “Memang rasanya perih, sakit sekali. Tapi tidak perlu diobati. Toh sembuh sendiri,” katanya.

Selain hobi ujung, ia juga berharap mendapatkan rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan laki-laki tersebut mengaku bisa naik panggung hingga tujuh kali pertarungan demi mendapatkan uang tersebut.


Samad, panitia tradisi ujung mengaku, menggelar tradisi lawas ini untuk menjaga agar tidak dilupakan, selain untuk ritual minta hujan, juga sebagai bentuk syukur atas hasil panen melimpah yang didapatkan warga selama ini. (rg)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional