Harga daging sapi yang dijual di pasar tradisional Kota Mojokerto terus bergerak naik. Dari semula Rp 101 ribu per kilogram (kg),kini naik menjadi Rp 110 ribu per kg. Kenaikan terjadi bukan karena tingginya permintaan, namun lebih dipengaruhi kian tingginya harga sapi lokal implikasi suplai sapi hidup menjelang lebaran.
“Terpaksa saya menaikkan harga jual (daging sapi) sekitar Rp 9 ribu per kg atau sekarang Rp 110 ribu per Kg. Ini untuk menyesuaian saja, karena harga pembelian sapi lokal juga naik,” kata Selly , pedagang daging sapi di Pasar Tanjung Anyar, Kota Mojokerto, Minggu (5/07/2015).
Dikatakan, dinaikkannya harga daging sapi pada kisaran 10 persen di tingkat konsumen sebenarnya justru memberatkan bagi pedagang. Karena kenaikan harga tidak berbanding lurus dengan keuntungan yang didapat.
“Justru yang saya khawatirkan soal omzet. Bisa jadi omzet penjualan akan turun. Karena baik pelanggan maupun pembeli akan mengkalkulasi ulang antara jumlah daging yang dibutuhkan dan uang yang harus dibelanjakan. Selain itu temuan daging celeng dan daging busuk di daerah lain berimbas pada turunnya omzet penjualan," tukasnya.
Menurutnya, kenaikan harga daging sapi biasanya terjadi karena sentimen pasar memasuki bulan puasa hingga hari raya Idul Fitri.
Pekan lalu Walikota Mojokerto melakukan sidak di pasar Tanjung Anyar. Selain untuk mengetahui tingkat harga sembako, juga untuk mengetahui harga daging sapi di tingkat konsumen.
Soal pasokan sapi hidup, beberapa pedagang yang didatangi Walikota Mas’ud Yunus mengaku tak gamang. Karena stok sapi di Jawa Timur relatif mencukupi.
"Soal pasokan sapi hidup yang mereka dapat masih pada titik aman. Hanya saja, soal harga daging sapi, pasti akan terjadi kenaikan. Terpenting, kondisi ini masih dalam taraf wajar,” ujar Walikota ditengah sidak. (one)
Social