Sistem pemilihan Rois A'am PBNU akhirnya disepakati menggunakan mekanisme musyawarah mufakat atau "Ahlul Halli Wal'aqdi" (Ahwa).
Kesepakatam diambil setelah lebih dari lima ratusan para kiai menggelar voting soal tata cara pemilihan dalam forum yang dilaksanakan sejak pagi hingga malam hari di pondok pesantren Mambaul Maarif, Denanyar, Jombang.
keputusan yang sempat berjalan alot tersebut diambil setelah para rais syuriyah baik dari pengurus wilayah sampai cabang menggelar voting terbuka.
Dalam voting di forum para kiai yang berjumlah 496 orang tersebut, selisih suara antara yang sepakat dengan Ahwa dan tidak hanya berjumlah 17 suara.
Rinciannya, yang sepakat sistem Ahwa sebanyak 252 suara dan yang tidak sepakat sistem Ahwa atau penunjukan berjumlah 235 suara, sementara yang absten 9 suara.
Pimpinan sidang Forum Rais Syuriah, Yahya C Staquf mengatakan, setelah kesepakatan ini muncul sistem pemilihan Raid Aam PBNU yang sempat memunculkan keributan sudah selesai.
sementara, rencana selanjutnya, kesepakatan tersebut akan dilaporkan ke sidang pleno. Dan pleno akan menyempurnakan tabulasi usulan anggota-anggota Ahwah yang berjumlah 9 orang secara terbuka.
Sistem Ahwa merupakan sistem penunjukan dan bukan sistem voting.
Sistem ini terdapat pada tatib muktamar yang bermekanisme memilih sembilan nama dari 39 nama yang sudah dirilis PBNU sebagai calon tim Ahwa.
Setelah sembilan nama ulama tersebut muncul kemudian bermusyawarah menentukan siapa Rais Aam.
Tim Ahwa dan Rais Aam terpilih kemudian menunjuk calon ketua umum tanfidz lebih dari satu orang yang kemudian dipilih secara langsung oleh para muktamirin.(rg)
Social