Mojokerto-(satujurnal.com)
Alih tanam yang dipilih petani di wilayah Kota Mojokerto sembari
menunggu musim hujan tiba rupanya jauh dari harapan. Puluhan hektar tanaman kedelai dan kacang hijau ludes diserang hama tikus.
Sayangnya dinas pertanian setempat tak bisa berbuat banyak untuk mengatasi hama tikus yang kian mengganas.
Seperti yang dialami petani di wilayah kelurahan Meri dan kelurahan Gunung Gedangan, kecamatan Magersari.
Para petani di dua desa ini memilih alih tanam lantaran kesulitan air akibat kemarau panjang. Tak ada lagi air irigasi yang mengaliri petak sawah mereka. Para petani terpaksa beralih tanam dari tanaman padi, agar lahan pertanian mereka tetap bisa ditanami tanaman yang tidak membutuhkan air terlalu banyak.
Namun, hasilnya petani tetap merugi akibat serangan hama tikus yang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau yang mereka tanam. Mulai dari batang pohon dan buah dua jenis tanaman itu pun ludes dilumat hewan pengerat itu.
Agar kerugian tidak membengkak, para petani memilih panen paksa. Kedelai dan kacang hijau yang seharusnya belum saatnya dipanen mereka panen.
Asnanto, salah satu petani kedelai di kelurahan Meri mengatakan, serangan hama tikus menyebabkan para petani terpuruk. "Dengan alih tanam saya berharap lahan pertanian tetap tergarap. Tapi diluar dugaan, hama tikus justru menyerang sebelum dipanen," keluhnya.
Ia dan petani lainnya berharap agar dinas pertanian memperhatikan kesulitan petani, mulai dari dalam bentuk pembinaan hingga penyuluhan.
Yang disayangkan, katanya, dinas pertanian menyatakan masih mengalami kelangkaan obat, sehingga banyak tanaman yang kekurangan obat tanaman maupun pembasmi hama.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Mojokerto, Hari Moekti mengataka, pola alih tanam ini terjadi karena suplay air irigasi yang kurang. Apalagi untuk wilayah kota Mojokerto semua suplay air dari wilayah Kabupaten Mojokerto.
"Alih tanam adalah inisiatif petani di musim panen ketiga sambil menunggu musim hujan sehingga bisa ditanami padi kembali," katanya, Sabtu (24/10/2015).
Menurutnya, Alih tanam ini terjadi di seluruh wilayah yang memiliki dua kecamatan dan 18 kelurahan ini.
Musim kemarau saat ini , imbuhnya, menyebabkan lahan pertanian di wilayah Kota Mojokerto mengalami juga pengurangan hingga 30 persen. (wie)
Social