Dari Hobi Jadi Ladang Bisnis : Djuaedi Setiawan Penangkar PerkututBangkok - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Dari Hobi Jadi Ladang Bisnis : Djuaedi Setiawan Penangkar PerkututBangkok


MENEKUNI hobi hingga menjadi ladang bisnis dilakoni Djunaedi Setiawan, penangkar burung perkutut Bangkok di Kota Mojokerto. 

Rupanya skill mengolah hobi dan kecermatan melihat peluang lah yang mengantar ia menjadi penangkar burung perkutut yang terbilang sukses. 

"Hanya burung jenis perkutut Bangkok yang saya kembangbiakkan," ujar Kho Jun, sapaan karib Djunaedi Setiawan mengawali penuturannya soal penangkaran burung perkutut.

Dari hanya memiliki dua ekor burung perkutut jantan di tahun 1987, pria paro baya pemilik pabrik alas kaki ini kini memiliki  600 ekor burung perkutut Bangkok dan 69 kandang untuk penangkaran. 

Hasil tangkarannya pun sudah banyak dikoleksi pehobi burung perkutut se antero Nusantara.

Pria berpenampilan sederhana ini mengaku menekuti penangkaran burung bertubuh mungil yang sering dikonteskan ini lantaran tertarik suaranya yang khas.

Menurut pria berusia 65 tahun ini, harga perkutut ditentukan dari kualitas suaranya. Apalagi kalau memenangi kontes, maka harga perkutut bisa berlipat-lipat.

Kualitas burung perkutut, katanya lebih lanjut, ditentukan oleh suaranya yang panjang, mengayun dan bersih. Lalu iramanya senggang, lenggang, elok dan
indah. Dasar suaranya tebal, kering, bersih atau sengau perkutut. 

"Perkutut Bangkok dikenal karena bersuara besar dan ngebass. Sedang perkutut yang biasa ditangkap dari hutan yang acap disebut perkutut lokal bersuara kecil," katanya. 

Meski ratusan ekor burung perkutut Bangkok miliknya rata-rata berkualitas bagus, sehingga harganya juga mahal, namun pria yang murah senyum ini enggan mengungkap soal omzet.
“Yang berkualitas baik. Saya jual Rp 10 juta,” ucapnya.

Kho Jun menyebut, budidaya burung yang menurut legenda merupakan jelmaan seorang pangeran di zaman Kerajaan Majapahit ini gampang-gampang susah. Ada sentuhan-sentuhan khusus agar burung berparuh kecil itu bersuara merdu. 

"Budidaya burung perkutut susah-susah gampang karena tidak bisa membentuk suara burung sesuai dengan keinginan pemiliknya," tuturnya.

Ia memanfaatkan sebidang tanah di Miji Gang 3 di sebelah timur pabrik alas kaki miliknya untuk penangkaran burung perkutut Bangkok.

Puluhan gantangan pun tertancap di salah satu sudut lahannya. 

“Secara rutin, beberapa orang pehobi adu kicau perkutut disini. Saya sediakan berbagai hadiah untuk perangsang, tidak mahal, hanya sembako saja,” ujar Bendahara Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) Kota Mojokerto ini.

Ia pun mempekerjakan empat orang untuk merawat burung perkutut Bangkok. 

Tak menyebut berapa gaji setiap pekerjanya, ia hanya mengungkap saban bulan tidak kurang dari Rp 6 juta ia keluarkan untuk pakan ratusan perkutut.

Menangkar burung perkutut bagi Kho Jun tidak saja butuh kesabaran, namun juga ketelatenan tinggi. Kendati pun burung mungil ini terbilang tidak rentan penyakit.

“Kalau soal kerentanan terhadap penyakit atau virus, bisa dibilang rendah. Perkutut tahan terhadap penyakit dan cuaca, hujan maupun kemarau.  Tapi burung perkutut tidak akan mengeluarkan suara yang merdu kalau sentuhan kita salah,” katanya. 

Soal pakan, kata Kho Jun, cukup diberikan makan satu kali dalam sehari. 

"Makannya sehari cukup satu kali di siang hari. Yang disukai gabah kecil. Selain itu, diberikan obat seperti vitamin untuk daya tahan tubuh dan diberi pasir pantai pengganti batu untuk asinan burung. Umur 9 bulan sudah bisa berkembangbiak tapi untuk lomba, usia 5 bulan sudah bisa," paparnya. 

Selain kebersihan kandang, menurut Kho Jun, burung perkutut harus kena sinar matahari. Kalau tidak kena sinar matahari, suaranya bisa berubah. Makin kena panas matahari, akan semakin bagus," jelasnya. 

Dalam sebulan perkutut betina siap bertelur bisa sampai tiga kali bertelur, satu kali bertelur bisa dua ekor.

Untuk proses mengerami, perkutut membutuhkan waktu selama 14 hari dan bisa dierami perkutut lainnya.

"Harus jeli, memisahkan telur ke tempat lain agar bisa dierami burung lain sehingga jarak antara satu minggu hingga 14 hari, indukan itu bisa bertelur lagi. Untuk sangkar, dari Majalengka karena disini tidak ada pengrajinnya, mulai harga Rp 400 ribu sampai Rp 7 juta," tambahnya.

Selain dikembangbiakan karena hobby, ia juga melayani jual beli burung perkutut dari harga mulai Rp 200 ribu sampai Rp10 juta. Pun ia menerima penitipan burung perkutut. 

"Kalau ada yang ingin berternak burung perkutut, bisa membeli burung perkutut sepasang harga Rp 1 juta. Tapi kita tidak bisa mengarahkan ke pembeli burung perkutut seperti kemauan kita . Ya tergantubg mood pembelinya juga.
Tapi untuk perawatan tidak cukup sulit, jeli saja saat bertelur. Segera pindahkan telurnya agar bisa kembali bertelur," tukasnya. 

Pemasaran perkutut menurut Junaidi termasuk mudah, karena biasanya pembeli datang sendiri. 

"Kalau ingin mendapatkan kualitas baik, harus mengetahui silsilah perkutut. Biasanya, penangkar akan mencatat dan memberi sertifikat bagi burung hasil penangkarannya," pungkasnya. (one)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional