Waspada ! DBD Renggut 14 Nyawa di Kabupaten Mojokerto - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Waspada ! DBD Renggut 14 Nyawa di Kabupaten Mojokerto


Mojokerto-(satujurnal.com)
Penderita demam berdarah dengue (DBD) yang meninggal dunia di Kabupaten Mojokerto bertambah satu orang. Korban terakhir, yakni Murvan Abdullah, 7, asal Desa Seduri Kecamatan Mojosari setelah menderita DBD lanjut, Dengue Shock Syndrome (DSS).

Murvan yang meninggal di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, pada Kamis (3/12/2015) menjadi peringatan bagi masyarakat agar lebih menggiatkan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) melalui gerakan satu rumah satu kader jumantik.

Siti Asiah, plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto mengutarakan, Murvan merupakan korban keempatbelas kurun setahun terakhir. 

’’Dengan tambahan ini, berarti yang meninggal sudah 14. Kita imbau masyarakat menggiatkan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) melalui gerakan satu rumah satu kader jumantik agar kasusnya tidak terus bertambah. Apalagi sekarang sudah memasuki musim hujan,’’ kata Siti Asiah, Minggu (20/12/2015).

Berdasarkan survei di lingkungan tempat tinggal korban meninggal, lanjut Siti Asiah, memang masih ditemukan banyak jentik. Dari 20 rumah yang disurvei, masih ada lima yang berjentik.’’Itu berarti masih 25 persen yang berjentik. Padahal angka bebas jentik seharusnya 95 persen,’’ tegasnya.

Selain itu, Asiah juga mengimbau agar  para orang tua langsung mencurigai anaknya kena DBD jika panas lebih dari dua hari. Dengan memeriksakannya ke laboratorium atau Puskesmas. ’’Jangan sampai panas 10 hari seperti yang baru meninggal ini,’’ bebernya.

Begitu panas, Murvan sejatinya langsung diperiksakan ke mantri. Namun kala itu, dia tidak dicurigai DBD. Setelah beberapa hari, dia baru dilarikan ke RS Kartini Mojosari. Setelah beberapa hari dirawat, dia kemudian dirujuk ke RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo.

’’Di RSUD tidak sampai 24 jam. Saat datang, kondisi pasien sudah mengalami penurunan kesadaran. Ia divonis DSS,’’ kata dokter spesialis anak dr Vita SpA yang menangani korban Murvan di RSUD.

Dipaparkan Aisah, DSS adalah kegawatdaruratan DBD. Hanya dalam hitungan jam, penderita DSS ini bisa meninggal. Resiko kematian DSS sangat tinggi, mencapai 90 persen. Dari 16 penderita, 14 diantaranya meninggal dunia.

Proses berkembangnya DBD menuju DSS sangat singkat. Hari pertama hingga hari ketiga, pasien masih bisa disebut DBD. Tapi jika hingga hari keempat belum tertangani, kondisi pasien sudah kritis dan bisa terkena DSS. Kalau sudah DSS tak segera ditangani, satu atau dua hari bisa meninggal.

Gejala DSS yakni kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada jari tangan, kaki, dan hidung. Pada kuku terjadi kebiruan. Anak yang semula rewel, cengeng, dan gelisah lambat laun kesadaannya menurun menjadi apatis, sopo, bahkan koma. (one)


Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional