Jombang-(satujurnal.com)
Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang menuai kecaman awak media. Menyusul larangan awak media yang melakukan peliputan kasus demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, akibat larangan peliputan para kuli tinta itu gagal memperoleh data dan informasi pasien yang saat ini dirawat oleh petugas medis.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jombang, Yusuf Wibisono, menyesalkan sikap pihak RSUD Jombang yang terkesan tertutup dan sengaja menutupi data terkait kasus DBD yang mulai meningkat sejak awal Januari lalu.
Menyikapi hal itu, para wartawan di Jombang sepakat melakukan somasi kepada instansi terkait.
Selain itu, sikap pihak Rumah Sakit yang terkesan menghalangi kerja jurnalis itu bakal dilaporkan kepada Komisi Informasi Publik (KIP) Jatim serta Dewan Pers.
“Yang pertama RSUD adalah lembaga publik, malah menjadi tanda tanya ketika wartawan melakukan peliputan justru dilarang padahal apa yang kita lakukan adalah untuk kepentingan publik, sehingga masyarakat semakin waspada, semakin hati-hati” kata Yusuf.
Langkah kita yang pertama, lanjut Yusuf, kita akan melakukan somasi ke lembaga terkait. "Yang kedua kita akan melaporkan ke Komisi Informasi Publik dan Dewan Pers”, tegas dia.
Sebelumnya, beberapa wartawan dari media elektronik, online dan media cetak di Jombang mendatangi RSUD Jombang, Selasa (19/01/16), pagi. Seluruh awak media itu mengikuti aturan dan prosedur yang diberlakukan oleh pihak rumah sakit sesuai ketentuan yang ada. Diantaranya, mulai dari melapor kepada petugas pengamanan RSUD, menemui bagian humas hingga ditemui oleh Wakil direktur RSUD Jombang, Adi Prasetyo.
Namun, dihadapan wartawan, Adi Prasetyo menolak diwawancarai oleh wartawan. Dia menjelaskan, bahwa untuk meliput kasus DBD di RSUD Jombang pihak Pemkab mewajibkan awak media untuk meminta ijin sekaligus wawancara langsung dengan Sekretaris Daerah (sekda) Pemkab Jombang. Alasanya, Sekda yang berhak memberikan penjelasan terkait kasus DBD di Jombang.
Sementara di Jombang sendiri, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai mengganas. Sejak awal bulan Januari ini, berdasarkan data yang dihimpun dilapangan sudah tercatat empat anak meninggal dunia akibat DBD.
Mereka adalah Gilang, 5 tahun, Warga Desa Mojowangi, Alysah Aqila, 3 tahun, warga Desa Balongbesuk, Andik, 11 tahun, Warga Desa genukwatu, Brizal Saputra, 8 tahun, warga Desa Morosunggingan serta Kismullah Abdul Hakim (9), warga Desa Jombatan. Sebagian besar merupakan pasien RSUD Jombang.(rg)
Social