Jombang-(satujurnal.com)
Demi menuntut ilmu sejumlah bocah yang
tinggal di kawasan hutan perbatasan Jombang – Nganjuk rela menyeberangi sungai
untuk bisa sampai di sekolah. Mereka terpaksa menyusuri aliran sungai yang
deras karena tidak ada alternatif jalan lain dan terkadang mereka tidak
bersekolah apabila kondisi sungai banjir besar.
Tak hanya siswa para guru pun
melakukan hal serupa yakni keluar masuk hutan
menyusuri jalan berlumpur dan derasnya arus sungai.
Meskipun tak sepadan dengan gaji yang
diterima dan semuanya itu dilakukan dengan ikhlas demi mencerdaskan anak
bangsa.
Mereka, bocah SDN 3 Dusun Nampu Desa
Pojok Klitih Kecamatan Plandaan, Jombang ini rela menyeberangi sungai hanya
demi belajar di sekolah,
Tidak adanya fasilitas infrastruktur
di kawasan tersebut membuat mereka terpaksa menyusuri aliran sungai yang cukup
deras setiap hari.
Dengan berjalan bersama-sama para
bocah yang tinggal di kawasan perbatasan Jombang dengan Kabupaten Nganjuk ini
tampak bersemangat menyusuri sungai dengan melewati semak-semak belukar.
Sejumlah siswa mengaku setiap hari
menyusuri sungai untuk menuju sekolah. bahkan dari sejak bersekolah hingga
kelas enam SD,kondisi tersebut masih sama.
Terkadang, ketika air sungai meluap
para siswa ini memilih tak bersekolah karena takut hanyut. Mereka berharap agar
pemerintah membangunkan sebuah jembatan untuk memudahkan akses menuju sekolah
demi menuntut ilmu.
Kondisi yang dialami para siswa dengan
menempuh medan berat juga dialami para tenaga pendidik. Para guru juga
berjibaku dengan lumpur masuk hutan dan melintasi derasnya arus sungai untuk
menuju sekolah.
Salah seorang guru yang masih
berstatus honorer selama 11 tahun ini mengaku rela dibayar Rp 200 ribu demi
memberikan pendidikan kepada anak anak di sekolah terpencil tersebut.
Menyusuri medan berat ini dilakukan
para guru selama belasan tahun. Yang terparah di tahun 2010 selama satu tahun
penuh berjalan kaki karena kondisi medan yang berat. Semua itu dilakukan para
guru dengan ikhlas demi mencerdaskan anak bangsa.
Tak cukup sampai disitu, SDN Pojok
Klitih 3 ini hanya terdapat 16 orang siswa. Sedangkan untuk ruang kelas hanya
ada tiga dan disekat menjadi dua untuk belajar mengajar. Bahkan jenjang
kelasnya hanya ada lima yakni kelas I, II, IV, V, dan VI, sedangkan kelas III
tidak ada siswanya sama sekali.(rg)
Social