Ketersediaan air berkualitas yang merupakan
salah satu sumber daya alam penting bagi manusia sangat terbatas jumlahnya
terlebih di daerah padat penduduk seperti di pulau Jawa. Daerah Aliran
Sungai Brantas adalah salah satunya dan merupakan area tangkapan air prioritas
di Jawa Timur.
Diperlukan langkah kolaboratif antara para
pemangku kepentingan untuk menjamin ketersediaan air berkualitas secara
berkelanjutan bagi masyarakat dan industri.
Salah satu hulu DAS Brantas berada di Sungai
Cumpleng, dengan area tangkapan diatas Gunung Welirang, sangat berpotensi besar
sebagai penyedia air bersih.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (Multi Bintang)
sebagai salah satu perusahaan minuman pertama di Indonesia dan berusia 85 tahun
mempunyai komitmen dalam mengembangkan bisnis berkelanjutan terutama akan
pentingnya kelestarian dari air.
Multi Bintang mempunyai beberapa aktifitas
seperti pengurangan konsumsi air di kedua fasilitas produksi di Tangerang,
Banten dan Sampang Agung, Mojokerto. Serta melakukan beberapa inisiatif untuk
penyeimbangan dan edukasi air seperti penanaman pohon di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango dan lereng Gunung Welirang, penanaman bambu guna mendukung
ekowisata di Jolotundo, Jawa Timur, edukasi air kepada warga di Tangerang dan
Mojokerto melalui Biopori dan Green School Project bersama SMP 2 Kutorejo yang
berhasil mendapatkan penghargaan Adiwiyata di provinsi Jawa Timur.
Atas inisiatif dan komitmen terhadap pelestarian
air, baru-baru ini juga Multi Bintang mendapatkan penghargaan Sustainable
Business Awards 2016 dalam kategori Water Management.
Berangkat dari DAS Brantas yang merupakan
tumpuan ketersediaan air berkualitas bagi masyarakat dan dunia usaha di daerah
Jawa Timur, Multi Bintang berkolaborasi dengan United Nations Industrial
Development Organization (UNIDO) menggelar loka karya yang di Batu, Malang, 4-6
Oktober 2016 dengan melibatkan 30 pemangku kepentingan (stakeholders)
terkait, yakni Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perindustrian,
Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Pemkab Mojokerto, industry, BUMN, BUMD (PDAM
Kabupaten Mojokerto, maupun swasta diantaranya Sosro, Ajinomoto, SAI, Cargill,
Sopanusa grup, LNK, dan lembaga swadaya masyarakat, diantaranya PPLH Seloliman
yang fokus pada program konservasi sumber daya alam selama lebih dari 20
tahun di Indonesia.
“Usaha kami sebagai pihak
swasta jika dilakukan secara perseorangan akan mempunyai dampak yang sangat
kecil. Dibutuhkan kolaborasi dan aksi bersama dengan para pemangku kepentingan
untuk melestarikan air khususnya di wilayah sub DAS Brantas, di lereng Gunung
Welirang. Karena hal inilah Multi Bintang bekerja sama
dengan UNIDO dan mengajak pada pemangku kepentingan untuk bersama-sama mencari
solusi untuk melestarikan air” kata Chew Boon He, Supply Chain Direktur Multi
Bintang, dalam siaran pers yang diterima satujurnal.com, Selasa (4/10/2016).
UNIDO adalah sebuah organisasi bagian dari PBB
yang mempunyai mandat utama untuk mempromosikan pembangunan industri
berkelanjutan dan inklusif atau yang disebut “Inclusive Sustainable Industrial
Development (ISID)”, melihat bahwa kerja sama para pemangku kepentingan dan
membangun yang solid dibutuhkan untuk mencapai hasil bagi banyak pihak.
Di akhir loka karya ini, diharapkan para pemangku
kepentingan dari lintas sektor dapat memiliki pemahaman dan visi yang sama
terhadap permasalahan dan solusi yang dapat dilakukan bersama untuk menjamin
kelestarian dan meningkatkan ketahanan pasokan air masa depan khususnya di DAS
Brantas.
Sungai Cumpleng merupakan salah
satu sub DAS Brantas, yang berbatasan langsung dengan lereng Gn. Welirang,
sebagai area tangkapan air. Dimana sungai ini memiliki
nilai penting dalam kehidupan masyarakat di wilayah yang dilewatinya, diantaranya digunakan
sebagai sumber air bersih, sumber air irigasi pertanian, sarana transportasi,
sarana mata pencaharian (ikan, cacing, dan lain-lain),
sarana pembuangan air limbah, dan sebagai keseimbangan ekosistem. Namun
demikian, kondisi Sungai Cumpleng saat ini perlu mendapatkan perhatian
penting karena kuantitas, kualitas, dan kondisi ekologis di perairan maupun
bantarannya sudah mendapatkan tekanan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Menurut Soemarno,
Kabid Pemantauan dan Pemulihan Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto,
upaya pengelolaan telah berulang kali dirumuskan, baik di tingkat pemerintah
pusat, provinsi, maupun tingkat kabupaten.
“Khusus di tingkat
kabupaten, memfokuskan upaya penanganan terkait aspek kualitas dan kuantitas.
Khusus mengenai kuantitas, permasalahan yang sering muncul adalah penurunan
debit akibat matinya sumber mata air, berkurangnya tutupan lahan, banjir,
penjualan air secara illegal, hingga aktivitas penambangan galian c secara
illegal juga turut memberikan dampak,” ujarnya.
Muzakky, Program Manager PPLH Seloliman,
menyampaikan bahwa penanganan sungai Cumpleng merupakan bagian dari pengelolaan
DAS Brantas, yang mempunyai dampak ekologis sangat penting bagi masyarakat dan
lingkungan.
Kompleksnya persoalan yang muncul, memerlukan
upaya pengelolaan pendekatan hulu-hilir, melibatkan multi pihak dan lintas
daerah. Merestorasi kawasan hulu sungai Cumpleng yang merupakan daerah
tangkapan air (water catchment area) dengan menanam dan
memelihara pohon merupakan langkah nyata dalam mempertahankan perannya sebagai
pengatur tata air ke hilir.
Sementara Rene van Berkel, staff perwakilan
UNIDO di Indonesia menyatakan bahwa hanya dengan “Inclusive and Sustainable
Industrial Development” (ISID) yang menjadi program acuan UNIDO akan memberikan
kesempatan untuk mendapat kebaikan (benefits) dalam pembangunan ekonomi suatu
bangsa.
‘ISID dilakukan secara bahu mambahu dengan
tingkat industrialisasi yang tinggi namum tetap menghindari dari pengrusakan
lingkungan hidup dan dampak sosial akibat pembangan ekonomi ini,” ujarnya.
UNIDO, kata Rene van Berkel lebih lanjut, telah
banyak menjalin mitra dan kerjasama dengan sektor swasta dan industri yang
peduli lingkungan untuk lebih menalankan agenda ISID ini, termasuk dan paling
utama dengan HEINEKEN International B.V. sebagai industry minuman dunia yang
berkomitment tinggi terhadap keberlanjutan.
Selain loka karya di Batu, Malang, kegiatan
serupa bakal digelar pada 14-16 September 2016 dengan para pemangku kepentingan
terkait untuk melestarikan air di DAS Cia sadane, Jawa Barat. Kedua loka karya
ini merupakan bagian dari rangkaian loka karya yang pertama kali
diselenggarakan di Asia, setelah sebelumnya dilaksanakan di Nigeria dan
Ethiopia oleh HEINEKEN Group. (one)
Social