Mojokerto-(satujurnal.com)
Wakil Gubenur Jawa
Timur, Saifullah Yusuf turun lapangan menemui warga Desa Lakardowo, Kecamatan
Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jum’at (12/5/2017).
Orang nomor dua di Jawa Timur tersebut ingin mendengar
langsung aspirasi warga setempat terkait aktivitas PT Putra Restu Ibu Abadi (PT
PRIA), perusahaan pengelola limbah B3 yang berada di desa mereka.
Soal kebutuhan air bersih dan kesehatan masyarakat
mengemuka dalam dialog yang digelar Masjid Baiturrohim Dusun Kedungpalang, Desa
Lakardowo tersebut.
Gus Ipul, sapaan populer wakil gubernur dua periode
tersebut menyatakan apresiasinya terhadap aspirasi yang disampaikan warga
Lakardowo.
Polemik limbah B3 yang mereka hadapi, ujar Gus Ipul,
sudah dibicarakan di tingkat pemerintah pusat. Sehingga ia meminta warga agar
menghormati dan menghargai proses yang masih berlangsung.
“Dalam masalah ini kita tidak mencari siapa yang salah
tapi mengungkap fakta sebenarnya. Oleh sebab itu mari kita tunggu dan hargai
prosedur yang sedang berlangsung,” ucapnya.
Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang didampingi Kepala BLH
Prov. Jatim Bambang Sadono, basis band Slank,
Ivan Kurniawan Arifin pun
mengemukakan program jangka pendek dan
jangka panjang untuk mengeliminir permasalahan
limbah B3 di Lakardowo.
“Prioritas program jangka pendeknya ialah kebutuhan air
bersih untuk warga harus dibantu oleh pemerintah hingga masalahnya bisa
terselesaikan,” cetusnya.
Program jangka
pendek yang kedua, lanjut Gus Ipul, yakni
pengecekan massal kesehatan
warga yang banyak mengalami dermatitis atau iritasi kulit, khususnya anak-anak.
Pengecekan kesehatan tersebut nantinya akan dilakukan langsung oleh tim Dinas
Kesehatan Prov. Jatim.
“Berdasarkan informasi dalam satu bulan satu dusun
mengeluarkan biaya sekitar R. 4,5 juta untuk kebutuhan air bersih. Air ini
digunakan untuk masak dan minum, sedangkan untuk mandi warga masih menggunakan
air sumur yang ada,” katanya.
Untuk program jangka panjang, lanjut dia, akan segera dilakukan penelitian ulang yang melibatkan
tim independen, semisal dari
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
“Penelitian
dari tim independen merupakan langkah tepat karena bisa menjadi
pembanding hasil penelitian sebelumnya. Dengan demikian diharapkan hasil yang
diperoleh lebih obyektif,” tukasnya.
Menurut Gus Ipul, permasalahan
limbah termasuk salah satu masalah utama di Jawa Timur. Setiap tahun tidak kurang dari 170 ton limbah B3 yang harus
dikelola secara khusus. Namun, data Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Propinsi Jawa Timur
menyebutkan, saat
ini baru 39 persen limbah B3 yang dibuang ke Cileungsi Bogor. Sedangkan 61
persen sisanya masih diteliti lewat manifestnya.
“Salah satu pabrik pengolahan limbah
B3 di Jatim adalah PT. PRIA, jadi sebenarnya keberadaannya dibutuhkan,” pungkasnya. (one)
Social