Ika Puspitasari Harlistyati Febriana Meldyawati |
Mojokerto-(satujurnal.com)
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung 2018
bagi Kota Mojokerto merupakan moment pesta demokrasi yang ketiga. Pertama kali
Pilwali langsung digelar tahun 2008 silam. Kedua tahun 2013.
Di dua Pilwali langsung itu, perempuan absen di
bursa kandidat calon walikota maupun calon wawalikota. Namun di laga Pilwali
Mojokertao tahun depan, langgam politik rupanya tidak lagi bercorak maskulin.
Setidaknya, saat ini sudah ada tiga sosok perempuan
yang siap mengambil peran politik pilkada. Dua diantaranya merupakan pimpinan
partai politik di daerahnya. Seorang lagi, birokrat di tubuh Pemkot Mojokerto.
Febriana Meldyawati, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota
Mojokerto sudah mengajukan diri sebagai bakal calon wakil walikota Mojokerto.
Melda, sapaan karib Febriana Meldyawati mengaku
mencalonkan diri karena masuk dalam penjaringan internal partainya.
“Saya mencalonkan diri sebagai bakal calon wakil
walikota dari hasil penjaringan internal partai. Jadi Murni usulan dari bawah,”
terangnya, Sabtu (10/6/2017).
Legislator daerah yang mengendalikan Fraksi PDI Perjuangan
DPRD Kota Mojokerto itu harus bersaing dengan Harlistyati, Kepala Bappeko Kota
Mojokerto yang juga melamar di kandang PDI Perjuangan dengan mengambil posisi yang
sama dengan posisi yang diincarnya.
Harlityati, PNS yang mulai menapaki karir sebagai
abdi negara duapuluh enam tahun silam itu menyatakan kesiapannya menjadi
pendamping Mas’ud Yunus, petahana yang sudah mengajukan diri sebagai calon
walikota PDI Perjuangan, beralasan ingin melanjutkan konsep pembangun Kota
Mojokerto menjadi lebih baik.
Sementara itu, belakangan muncul nama Ika
Puspitasari, sosok berlatarbelakang organisatoris yang memegang kendali sebagai
pucuk pimpinan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Kota Mojokerto itu bakal
meramaikan Pilwali 2018.
Santer beredar kabar, Ita, sapaan akrab adik
kandung Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasha tersebut akan berduet dengan
Suyitno, petahana wakil walikota yang kini menjabat Ketua Dewan Pembina Partai
Golkar Kota Mojokerto. Ita mengambil posisi calon walikota, sedangkan Suyitno
di posisi calon wakil walikota.
Namun, duet Ita – Suyitno ini baru sebatas kabar
yang menyeruak di publik. Ini tidak lepas dari sikap politik Suyitno yang tidak
lagi bergabung dengan partai yang mengusungnya dalam Pilwali 2013 silam. Karena
ia tidak mengambil formulir pendaftaran calon kepala daerah di kantong PDI
Perjuangan.
Dan lagi, diperlukan format koalisi untuk mengantar
pasangan itu bisa running Pilwali. Partai Nasdem yang tidak memiliki wakil di
tubuh Dewan setempat hanya akan menerima bola politik yang akan dimainkan
Partai Golkar yang harus membangun koalisi dengan partai lain yang memiliki
wakil di Dewan. Ini karena aturan KPU menyebutkan, satu tiket Pilwali Kota
Mojokerto sebesar 20 persen dari keterwakilan parpol atau gabungan parpol di
Dewan setara dengan 5 kursi Dewan.. Sementara Partai Golkar hanya memiliki tiga
kursi harus menggandeng partai lain yang ada di Dewan agar tiket untuk Ita –
Suyitno terwujud.
Keinginan tiga sosok perempuan berlatarbelakang politikus
dan birokrat untuk ikut dalam kontestasi politik dalam Pilwali 2018 mendatang merupakan
angin segar politik lokal Kota Mojokerto.
Dimungkinkan pula, dalam rentang waktu hingga
pendaftaran bakal calon kepala daerah dibuka KPU setempat, akan muncul figur
perempuan lainnya yang akan meramaikan arena Pilwali Mojokerto. Karena, selain
Melda, ada lima politikus perempuan dari partai berbeda yang kini duduk di DPRD
Kota Mojokerto yang berpotensi meramaikan panggung Pilwali. (one)
Social