TERSELIP HIKMAH DIBALIK PERISTIWA - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

TERSELIP HIKMAH DIBALIK PERISTIWA

Oleh :
CHOIRUL ANWAR

Liputan berita  baru saja menghentakkan kita,  saat peristiwa telah melanda Kota Mojokerto tercinta. Seakan tak percaya, sedangkan itu realita, Yang kita sesali bukan dengan ratapan jiwa,  tapi dengan tabah penuh makna. Karena didalamnya terselip hikmah untuk berbenah. Akankah kita mengelak bila kemalangan sudah menjadi nash-Nya ?


HIRUK PIKUK peristiwa yang dinilai dari kacamata hukum positif sebagai sebuah kejahatan yang merugikan Negara dan berakibat menyengsarakan rakyat, menjadi fenomena yang menghiasi hampir disetiap pemberitaan mas media, baik media cetak,  media elektronik,  media online maupun media sosial lainnya.

Ulasan soal tindak pidana korupsi hampir tak pernah lolos dari tayangan pemberitaan. Bahkan menjadi viral yang dikejar oleh pemburu berita. Masing - masing berusaha menyuguhkan informasi yang menarik dan diminati oleh pembaca dan pendengar seantero negeri ini.

Beberapa waktu lalu kita terhentak berita Operasi Tangkap Tangan ( OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ). Sederet peristiwa OTT KPK setidaknya terjadi dalam bulan Juni ini. Dari DPRD Jatim menyeret salah seorang Ketua Komisi,  dua kepala dinas dan beberapa staf lainnya. Hanya berselang tiga hari kemudian kita dikejutkan berita yang sama di Kejati Bengkulu, melibatkan Pejabat Kejaksaan,  Pejabat Balai Wilayah Sungai Sumatera dan seorang Pengusaha. Tak lama, delapan hari berselang berita OTT KPK kembali mengagetkan dan mebelalakkan mata menyusul peristiwa yang terjadi di Kota Mojokerto, melibatkan tiga pimpinan Dewan dan seorang kepala dinas.

Kabar ini semakin  menyeruak ke seluruh pelosok Negeri ketika tak satupun diantara puluhan awak media   yang absen dari tayangan  berita tersebut. Bahkan disaat masih hangat - hangatnya polemik seputar peristiwa ini,  OTT KPK kembali memenuhi pemberitaan di masmedia, kali ini terjadi di Pemprov Bengkulu yang menyeret Gubernur dan istri serta dua pengusaha dan staf.

Berita mengenai korupsi selalu menjadi suguhan yang menarik perhatian. Karena hal ini  linier dengan informasi yang dibutuhkan publik.

Tentu kita semua sepakat bahwa korupsi adalah perbuatan tercela yang akibatnya akan merugikan Negara. Sehingga tanpa adanya gerakan pemberantasan korupsi secara serius, maka akan menyengsarakan rakyat. Bangsa ini pun akan semakin rapuh.  

Disinilah peran  pers sebagai pilar keempat demokrasi yang memberikan informasi publik juga sebagai mitra kontrol  terhadap pelaksanaan Pemerintahan.

Sebagai unsur penyanggah tatanan negara,  beberapa pilar  lainnya, yakni eksekutif,  legeslatif dan yudikatif juga mempunyai tanggung jawab yang sama dalam memberangus korupsi,  dan bergerak sesuai perannya masing - masing. Sehingga  tindakan yang tak  pernah mendapat ruang dihati publik ini dapat ditekan dan dieliminir. 

Namun cita - cita suci ini tentu tak akan dapat terwujud  tanpa adanya komitmen dari semua pilar sebagai tiang penyangga tatanan negara.

Dengan bergulirnya berita terkait peristiwa demi peristiwa tersebut, seharusnya menjadi i'tibar bagi kita semua. Menjadikan pelajaran yang berharga  kemudian mengambil hikmah dengan cara muhasabatun nafs.

Masing - masing berintrospeksi dan mengevaluasi diri, belajar "berbenah " dan mengisinya dengan berbagai amal kebaikan  menuju hasil kinerja yang lebih baik untuk menebus kekhilafan  yang telah lalu.

Kekhilafan yang tak terelakkan, karena ke-dhoif-an sebagai seorang hamba dalam tingkatan iman, "Yazidu wa yanqushu",  kadang bertambah dan disaat lain kadar keimanan seseorang itu bisa saja berkurang. Sebuah nash Allah menjadi keniscayaan yang tak terhindarkan.

Menyadari akan hal ini,  maka yang harus kita lakukan adalah memperbaiki diri dengan melakukan tindakan antisipatif dan preventif sehingga tidak mudah terjebak dalam perbuatan koruptif.

Semua pilar harus bergerak bersama - sama demi menegakkan kebenaran,  melaksanakan aturan - aturan yang menjadi ketentuan Allah maupun aturan yang dibuat oleh manusia sebagai kholifah fil - ardhi dengan tidak saling menyalahkan dan menuduh tanpa hak. Karena yang demikian akan membuat suasana makin terpuruk dan akan merugikan banyak pihak.
Biarkan kasus itu ditangani dan diproses oleh lembaga anti rasuah. Karena menuduh tanpa hak, apalagi melenceng dari kebenaran kelak akan merugikan diri kita sendiri.

Bagaimana tidak?, orang yang kita rugikan di akhirat kelak ia akan menuntut dihadapan sidang Pengadilan Allah SWT, sehingga mereka yang merugikan akan menjadi orang yang muflis, yakni bagkrut tanpa membawa nilai pahala sedikitpun dihadapan Allah SWT., Na'udzu billah.

Disisi lain kita memang prihatin dengan peristiwa korupsi yang terjadi di Negeri ini, termasuk di Kota Mojokerto tercinta.

Namun ini adalah sebuah realita yang terjadi dan "SUDAH TERJADI". Oleh karena itu keprihatinan ini seyogjanya di pandang dan dipahami dalam bingkai keimanan yang dapat menyejukkan hati, bahwa semua peristiwa yg telah terjadi tak bisa lepas dari ketentuan - Nya.   “Khoirihi wa syarrihi minallohi ta'ala", baik dan buruknya setiap peristiwa yang terjadi datangnya dari Allah SWT.

Dalam sebuah hadits qudsi diterangkan bahwa, "Barang siapa yang tidak mau menerima ketentuan-Ku, maka silahkan  mencari Tuhan selain Aku, dan silahkan keluar dari bumi-Ku "

Oleh karena itu tak ada pilihan lain kecuali harus bisa menerima kenyataan pahit ini dengan penuh kesabaran,  terutama bagi yang bersangkutan beserta keluarga, para handai taulan dan rekan sejawat. Karena kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Sebuah istirja' yang harus diyakini oleh orang mukmin.

Sehingga kemalangan / musibah tersebut tidak diratapi dengan penyesalan tanpa makna, akan tetapi harus dihadapi dengan ketegaran jiwa.

Bahwa dibalik peristiwa ini terdapat pelajaran dan hikmah yang besar, yang cenderung menjadikan seseorang akan lebih baik. Dengan demikian seseorang  akan berlaku selektif dan tidak mudah terjebak oleh rangsangan yang nisbi dan bersifat sementara.

Maka dengan berbekal kesabaran dan dengan tumbuhnya kesadaran diri karena sebuah peristiwa dari pengalaman hidup yang getir ini, seseorang akan dapat memproteksi diri dari syahwat yang tidak pernah merasakan kepuasan,  yakni selalu merasa kurang dan tiada henti,  terus semakin haus dan jauh dari merasa cukup, hingga syahwat ini lambat laun akan terkikis menjadi sifat yang   qona'ah, nrimo ing pandum, atas pemberian Allah SWT. Tetapi hal ini harus tetap dilandasi dengan  mengedepankan  prestasi amaliah dibawah keridhoan-Nya.

Peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa tak ada manusia yang lepas dari khilaf dan salah. Siapapun harus berintrospeksi agar cita - cita mulia  dapat kita raih tanpa noda dengan membangkitkan semangat kerja yang lebih baik,  mengisi dan  memperbanyak amal kebaikan  agar bersih dari guratan - guratan hitam yang menempel dalam hati sanubari akibat kekhilafan yang telah lalu.

Dengan demikian maka hati akan kembali bersih menatap hari esok dengan khusnudzon, berprasangka baik, penuh optimisme dan mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Khoirunnas anfa'uhum linnas ; sebaik - baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada manusia lainnya. (*)


*) Penulis adalah Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Mojokerto

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional