Mojokerto-(satujurnal.com)
Sepanjang tahun 2019, tercatat nilai investasi di Kota Mojokerto menyentuh angka hingga Rp 1,5 trilyun. Terjadi kenaikan hingga 452 persen jika dibandingkan dengan nilai investasi tahun lalu.
Tingginya angka ini tidak terlepas dari penyederhanaan sistem perizinan termasuk perubahan sistem informasi ke arah digital dalam mengurus perizinan. Selain itu sisi keamanan yang relatif kondusif menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan menciptakan nilai invetasi setinggi tingginya di kota ini.
Tingginya angka ini tidak terlepas dari penyederhanaan sistem perizinan termasuk perubahan sistem informasi ke arah digital dalam mengurus perizinan. Selain itu sisi keamanan yang relatif kondusif menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan menciptakan nilai invetasi setinggi tingginya di kota ini.
Demikian diutarakan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Mojokerto, M Imron, iklim investasi di Kota Mojokerto, Rabu (20/11/2019).
"Berdasar sumber data Online Single System (OSS) nilai investasi di Kota Mojokerto tahun ini memang jauh meningkat yakni mencapai 452 persen, jauh melampaui target daerah. Jika target awal nilai investasi hanya Rp 300.707.538.487 , per bulan September ini naik menjadi 1.578.957.912.672,” ungkap Imron.
Nilai investasi itu, sambung Imron, belum terhitung dengan masuknya dua investor besar yang bakal mengembangkan jaringannya di kota "Onde-onde" yakni McDonald's dan Informa Furnishing.
Meningkatnya nilai investasi tersebut menjadi andil besar bagi tercapainya Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Mantan Kadis KBPP itu mengungkapkan pihaknya turut menyumbang adanya kontribusi daerah hingga hampir 100 persen.
"Tentu naiknya investasi ini menjadi angin segar bagi tercapainya PAD kita. Target PAD kita tahun ini adalah sebesar Rp 1.274.312.241. Sedang realisasi sampai September adalah sebesar Rp 1.180.768.001. Ini akan terpenuhi sampai akhir tahun nanti," ujarnya.
Imron menerangkan kontribusi daerah tersebut bersumber dari beberapa sektor. Semisal, jasa investasi umum dan sewa. Dari medis dan kesehatan bersumber dari RS dan apotek.
"Lalu karaoke dan restoran serta cafe untuk sektor pariwisata, perumahan, pemukiman, ijin toko modern, jasa, konstruksi, rumah kos dan industri," rincinya.
Menurut Imron, investasi di daerahnya belum merata. Kata ia, investasi masih terfokus di tengah kota. Untuk pengembangan investasi di wilayah barat terbentur permasalahan rencana tata ruang wilayah yakni pada kawasan hijau dan Lahan Peruntukan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) yang beririsan.
"Jika mau merata, maka perda RT/RW harus dirubah. Dengan perubahan itu, maka peluang investasi akan jauh meningkat," pungkasnya. (one)
Social