Banting Stir Dari Produksi Seragam ke Masker, Cara Pengusaha Konveksi Ini Bertahan Ditengah Pandemi Corona - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

Banting Stir Dari Produksi Seragam ke Masker, Cara Pengusaha Konveksi Ini Bertahan Ditengah Pandemi Corona

Mojokerto-(satujurnal.com)
Imbas virus corona masuk Indonesia tidak saja menyebabkan krisis kesehatan, namun juga penurunan pendapatan bagi usaha konveksi seragam di Mojokerto. 

Salah satunya seperti yang dialami Sunyoto, pengusaha konveksi seragam di Kota Mojokerto. Ditemui di rumah produksinya jalan Semeru Kota Mojokerto, pemilik Wilis Konveksi ini mengaku usahanya mengalami penurunan pendapatan semenjak pandemi covid-19. 

“Sebelumnya saya memproduksi kaos seragam sekolah, kaos dan seragam perusahaan juga bordir computer. Hampir satu minggu ini saya memproduksi masker,  ya..untuk bertahan saja,” aku Suyono, Kamis (9/4/2020).

Harapan mendulang untung menjelang tahun ajaran baru ujar Sunyoto, pupus sudah. Sampai pekan kedua bulan April ini pesanan masih sepi. Padahal, biasanya di bulan-bulan menjelang tahun ajaran baru seperti saat ini, usaha kaos seragam sekolah, bordir dan sablon miliknya banjir pesanan.
“Semua pelanggan masih menunda pesanan,” ucapnya.  

Kata warga jalan Wilis, Wates, Magersari Kota Mojokerto ini, corona benar-benar mengganjal kelangsungan usahanya. Akibat corona pula usaha konveksi yang ia rintis belasan tahun silam itu pun mengalami penurunan omset secara drastis. 

Peluang memproduksi masker yang tengah jadi primadona ia ambil agar bisa bertahan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini. 

Sisa stok bahan kaos dan kain yang menumpuk ia jadikan masker non medis. Ia mengaku banting stir memproduksi masker selain agar usahanya tak mati suri, penjahitnya juga ada kerjaan. 

Namun masker non medis yang bisa dicuci dan digunakan lagi itu ia produksi hanya sebatas jumlah pesanan yang ia dapat saja. Ia mengaku tak berani berkalkulasi dengan memproduksi masker sekaligus memasarkan sendiri. Karena menurutnya jika nantinya kondisi sudah normal, masker bisa jadi tak lagi jadi primadona. Apalagi, masker bukan produk andalannya. 

Harga masker non medis produksinya ia bandrol antara Rp 47 ribu sampai Rp 55 ribu per lusin. 

“Harga tergantung jenis bahan, juga kuantitas. Semakin besar jumlah pesannya, harga bisa ditekan lagi,” ujarnya. 

Tak hanya menerima pesanan masker non medis, sepekan lalu ia pun menerima jasa penjahitan masker medis dari pengusaha di Surabaya. Order pertama, ia mendapat jatah 10.000 lembar. 

Lantaran hanya jasa penjahitan, untuk bahan masker tiga lapis berukuran 10 x 19 centimeter itu ia hanya bermodal benang jahit saja. Bahan-bahan utama masker medis, seperti spunbond, kain filter  juga tali elastis semuanya dari pemesan. 

Dalam sehari, dengan enam penjahit, ia mampu memproduksi sekitar 1000 lembar masker medis. 
Ia pun tak repot-repot harus mengantar jasa jahitannya. Karena pengusaha yang memberi jasa jahit masker medis itu yang akan mengambil masker yang sudah jadi. 

“Setor bayar dan di drop bahan lagi,” kata Sunyoto menyebut cara kerjasama jasa penjahitan masker medis yang ia lakoni. 

Yang membuatnya agak lega, jasa penjahitan masker medis bisa ia ambil semampu yang ia bisa produksi. “Sekarang saya dapat jatah 10 ribu lembar. Begitu garapan selesai, saya diberi garapan lagi, "katanya.

Paling tidak, ucapnya, jasa jahit masker medis yang ia dapat saat ini menjadikan usaha konveksinya yang sudah merosot hingga 80 persen tidak sampai mati suri. (one)

Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional