FGD Cegah Terorisme dan Radikalisme, Polres Mojokerto Kota Undang Eks Napiter - SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional

FGD Cegah Terorisme dan Radikalisme, Polres Mojokerto Kota Undang Eks Napiter


Mojokerto-(satujurnal.com)

Menjelang perayaan Natal dan tahun baru 2024, Indonesia dihadapkan pada tantangan serius yang mengintai keamanan negara, yakni terorisme, radikalisme dan intoleran. Tiga hal ini menjadi topik bahasan utama Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Pencegahan terorisme, radikalisme dan intoleran jelang perayaan Natal 2023 dan tahun baru 2024 yang digelar Polres Mojokerto Kota di Aula Hayam Wuruk Polres Mojokerto Kota jalan Bhayangkara No. 25 Kota Mojokerto, Kamis (21/12/2023).


Wakapolres Mojokerto Kota Kompol Supriyono, S.Sos., M.H. memberi kata sambutan FGD  mewakili Kapolres Mojokerto AKBP Daniel S Marunduri, S.I.K., M.H. yang berhalangan hadir. 

DR. Ragil Ira Mayasari, dosenFakultas Hukum Unimas dan Eks Napiter Yayasan RMM Lutfi Teguh Oktavianto diundang sebagai narasumber dalam FDG yang 

dihadiri Pasiops Dim 0815 Mojokerto Lettu Inf. Suwandi, perwakilan Bakesbangpol setempat, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Cabang Mojokerto, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI Mojokerto), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Cabang Mojokerto, dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Mojokerto tersebut.

Dalam kesempatan ini, Wakapolres Mojokerto Kota Kompol Supriyono, S.Sos., M.H. mengatakan, menjelang nataru saat ini ada kepentingan tertentu yang ingin memecah belah negara ini dengan membangun kelompok intoleran.

Ia mengajak semua pihak bersama-sama menjaga kamtibmas di wilayah kota Mojokerto yang aman kondusif jelang nataru dan Pemilu 2024. 

Kasat Intelkam Polres Mojokerto Kota AKP Pujiono., SH., M.H. menyatakan jika pihaknya juga sudah menggelar beberapa titik pospam yang sudah ada dalam rangka Ops lilin Semeru 2023," ungkapnya.

Soal diundangnya eks narapidana teroris, menurut Supriyono agar peserta FDG kita bisa mendengar pengalaman beliau selama menjadi teroris.

Sedangkan langkah-langkah untuk mencegah penyebaran faham radikal, terorisme dan Intoleransi, seperti ditanyakan Ichsan anggota PMII, Supriyono mengungkap, bahwa Polres Mojokerto kota dalam hal ini POLRI telah melakukan kegiatan Man To Man terhadap para anggota kelompok radikal/teror di wilayah untuk memantau kegiatan para anggota jaringan radikal/teror setiap hari baik secara aktifitas maupun dari kegiatan kajian.

"Kami melakukan pendataan dan koordinasi dengan instansi terkait adanya warga masyarakat yang diduga terpapar faham radikal atau teror," ujar Supriyono.

Ditandaskan, polisi terus meningkatkan kemampuan dan penyelidikan terhadap seseorang yang diduga terpapar faha radikal/teror,  meskipun juga memiliki keterbatasan alat dikarenakan dalam lingkup Polres Mojokerto Kota terdapat Unit yang secara khusus membidangi di Radikal/Teror.

Lutfi Teguh Oktavianto, eks narapidana teroris yang saat ini menjadi sekretaris  Yayasan Rumah Moderasi Mojokerto menyatakan sudah melakukan kegiatan deradikalisasi terhadap para calon saudara yang pernah terpapar dengan mengadakan kegiatan Kajian setiap 1 bulan sekali.

",Saya bekerja sama dengan instansi terkait maupun pihak sekolah / kampus untuk melakukan kegiatan FGD dan seminar serta memberikan materi tentang ciri-ciri faham radikal/Teror," katanya.

Imron, anggota HMI menyodorkan pertanyaan, apakah faham radikal / teror di indonesia memiliki keterkaitan dan dipengaruhi dari Luar Negeri.

"Faham radikal atau teror di indonesia yang terjadi saat ini merupakan hasil propaganda dari organisasi luar negeri, seperti di negara Suriah yang merupakan awal tercipatanya faham ISIS dan berkembang di Indonesia sampai saat ini," terangnya.

Lutfi Teguh Oktavianto menegaskan, faham radikal atau teror di Indonesia bermula dari organisasi Al Qaeda yang berada di Afganistan, dengan berkembangnya anggota jaringan tersebut maka terciptalah sebuah oragnisasi yang berlatar belakang Teror seperti JAD, JI, MIT, Dll.

"Bahkan ajaran propanganda yang diajarkan oleh Organisasi ISIS sudah berbeda dengan yang saya terima dahulu dikarenakan bahwa dahulu musuh kelompok kita adalah para pejabat negara (POLRI, TNI) dan orang non muslim,  namun sekarang adalah semua orang yang bukan kelompoknya sudah dianggap murtad dan halal untuk di bunuh, tidak perduli apakah mereka muslim maupun non muslim.

Ragil Ira Mayasari mempertegas, bahwa kejadian bom bunuh diri yang terjadi di Indonesia selalu diawali dengan adanya seruan  ajakan ataupun kejadian dari luar negeri seperti contoh Imam Hambali, Amrozi mereka merupakan lulusan Al Qaeda. 

"Peristiwa di luar negeri akan memberikan efek kepada Indonesia baik secara lagsung maupun tidak langsung terlebih lagi faham radikal atau teror," tukasnya. (one)


Artikel terkait lainnya

Baca juga artikel ini

Copyright © SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional